“Seandainya siswa diminta untuk membaca buku, kira-kira mereka akan memilih buku yang tipis atau yang tebal?” 😎
Ini adalah pertanyaan yang sering saya lontarkan pada presentasi saya pada para guru dan kepala sekolah. Tebak kira-kira mereka akan memilih jawaban apa. Tentu saja mereka akan menjawab, “Yang tipis…”
Tentu saja ini jawaban yang salah. Jawaban yang benar adalah ‘Yang menarik…’ 😀
Siswa itu tidak memilih buku berdasarkan tebal atau tipisnya buku melainkan berdasarkan menarik atau tidaknya buku tersebut untuk dibaca. Meski pun buku tersebut sangat tebal tapi jika buku tersebut menarik baginya untuk dibaca maka mereka akan memilih buku tersebut dibandingkan buku tipis. Jadi jika mereka disuruh memilih antara buku “Cerita Detektif: Pembunuhan di Kapal Sanro” yang 190 halaman tebalnya dengan buku tipis berjudul “Bukan Pasar Malam” karya Pramudya Ananta Toer yang hanya 103 halaman maka kita boleh menebak bahwa mereka akan lebih suka memilih buku cerita detektif tersebut. Jangankan hanya 190 halaman, bahkan jika buku tersebut tebalnya ratusan halaman seperti “Harry Potter”nya J.K. Rowling anak-anak tidak akan gentar dan bahkan akan berlomba membacanya. Sekedar info, novel pertama dari seri Harry Potter yang berjudul ‘Harry Potter and the Sorcerer’s Stone’ yang tebalnya hampir 400 halaman terjual lebih dari 107 juta eksemplar. Tentu saja banyak pembacanya adalah anak-anak. Salah satu seri Harry Potter ini, yaitu “Harry Potter and The Order of Phoenix” tebalnya bahkan sekitar 1.200 halaman. Really not public, ra umum tenan. Tapi toh ada anak ora umum yang mau membacanya. 😀
Jadi mengapa anak-anak kita tidak suka membaca? Salah satunya ya karena kita tidak memberi mereka asupan bacaaan yang sesuai dengan kesukaan mereka. Bagaimana mungkin anak-anak di sekolah akan suka membaca buku di perpustakaan jika koleksi yang dimiliki sekolah hanyalah buku-buku berjenis referensi dan pengayaan dengan judul macam “Beternak Lele”, “Menanam Jagung di Lahan Sempit”, “Tugas dan Peran Lurah dan Camat”, dlsb?! 🙄
Sudah jelas tidak muhin…! 😬
Surabaya, 8 Januari 2020