Pesawat Saudia SV-835 yang kami tumpangi dari Kuala Lumpur lepas landas pada jam 19:30. Pesawat Boeing 787-9 yang satu barisnya berisi 9 penumpang itu penuh sampai ke belakang. Entah berapa banyak penumpangnya. Begitu lepas landas saya langsung bersiap untuk tidur. Saya selesaikan dulu kewajiban saya salat Maghrib dan Isya sambil duduk di kursi sebelumnya. (Belakangan saya baru tahu bahwa ada mushalla kecil di bagian belakang pesawat bagi yang ingin salat. Saya menolak tawaran makan malam dari pramugari karena saya mau tidur. Lagipula sebelum berangkat tadi kami juga sudah makan di bandara keberangkatan. Dua jam sebelum mendarat kami ditawari makan lagi. Kali ini saya terima dan minta kopi sekalian agar segar nanti ketika turun transit di Jedah. Saya perhatikan bahwa pesawat tidak terbang lurus menuju Jeddah tapi turun serong ke bawah dan setelah itu baru naik lagi. Rupanya menghindari terbang di atas Kota Suci Makkah. Kami mendarat pada jam 22:30 waktu Jeddah yang berbeda 5 jam dari KL. Di KL waktu sudah menunjukkan jam 3:30. Ini berarti penerbangan kami berlangsung selama 7 jam.
Setelah lapor ke kaunter transfer dan mendapat tiket baru Jeddah-Casablanca kami naik ke lt 2 ke ruang tunggu 10 untuk menanti penerbangan kami ke Casablanca. Ruang tunggu yang luas tersebut penuh sesak dan banyak calon penumpang yang harus berdiri karena tidak kebagian kursi. Penumpang berbagai bangsa dan menuju ke berbagai arah dan tujuan tumplek bleg di situ. Kami akan transit di Bandara Jeddah selama 4,5 jam. Sebagian wanita berpakaian terbuka sebagaimana di bandara internasional lain, meski pun tidak ada juga penumpang wanita yang berpakaian seronok dan pakai celana pendek seperti di bandara ‘sekuler’ lainnya. Ini kan di Timur Tengah gitu loh! 😊
Meski semua wanita Arab Saudi pakai abaya hitam tapi kini tidak semua pakai cadar. Beberapa di antaranya sudah tidak pakai cadar. Rupanya kewajiban memakai cadar di tempat umum sudah mulai longgar di bawah kepemerintahan Pangeran Salman ini. 😊
Sambil menunggu waktu saya menanyai Azarine Kyla Arinta, keponakan saya, mengapa anak-anak dan ABG Saudi tidak pakai jubah dan cadar hitam seperti ibunya. Mereka pakai baju anak-anak sebagaimana anak-anak di negara lain. Anak perempuannya juga pakai celana pendek. Sama sekali tidak ada anak-anak yang dipakaikan jilbab, apalagi jubah dan cadar hitam. Ini agak berbeda dengan di Indonesia di mana kadang kita bisa melihat anak-anak dan bahkan balita yang sudah dipakaikan jilbab oleh ortunya. Alasannya untuk membiasakan anak mereka. Pertanyaannya: mengapa orang Saudi tidak membiasakan anak-anak perempuannya untuk menggunakan jubah dan cadar hitam sejak anak-anak? 😊
Sepanjang penerbangan dan di ruang tunggu kami mendengar berbagai informasi dalam bahasa Arab. Tentu saja nadanya seperti orang yang membaca Alquran dan doa-doa. Rasanya pingin mengamini setiap mereka menyampaikan informasi. Saya jadi geli membayangkannya. Berkali-kali nama penumpang dipanggil untuk naik ke pesawat. Tentu saja banyak nama ‘Muhammad’, ‘Suaib’, ‘Ismail’, dipanggil. Saya hampir saja mengucapkan ‘Sallallahu alaihi wasallam’ setiap kali mendengar nama ‘Muhammad’ disebut dan mengucapkan ‘alaihi salam’ jika ‘Ibraheem’ disebut. 😄
Pantesan negara ini penuh berkah lha wong warganya ngobrol, dan bahkan bertengkar dan misuh saja, pakai bahasa Arab. Lha kita kan baru pakai bahasa Arab kalau berdoa. Itu pun mesti ngapalin dulu susah payah. Kalau mereka kan asal njeplak aja sudah pakai bahasa Arab, bahasanya Nabi. 😄
Katanya di sorga nanti bahasa yang dipakai bahasa Arab. Wah, ana dak iso e… 😯 Apa ana perlu nyewa translator di jannatun naim nanti ya? 😄
Kami boarding pukul 03:10 dan pesawat penuh sesak. Banyak anak-anak yang tampaknya mau berlibur juga dengan keluarganya. Saya baca bahwa Anies Baswedan juga berangkat ke Casablanca karena mendapat undangan dari pemerintah Maroko. Siapa tahu naik pesawat yang sama jadi saya bisa menyapanya. Tapi tentunya ia akan naik di kelas bisnis dan akan dijemput sebagaimana tamu VIP lainnya.
Kami mendarat pukul 09:00 waktu Maroko di Bandara Mohammed V dan kini antri untuk urusan imigrasi. Internet di bandara ini kencang. Di Jeddah tidak ada wifi.
Casablanca, 16 Juli 2018