Selepas salat Subuh di hari Minggu (eh, Ahad ding!) Ustad Tejo mengumpulkan semua santrinya untuk diskusi. Biasanya Ustad Tejo memilih sebuah topik dan kemudian para santri diminta untuk memberikan pendapat. Ini kegiatan yang disukai oleh para santrinya karena dalam kegiatan ini semua boleh mengemukakan pendapatnya dengan bebas dan santai.
Setelah semuanya berkumpul Ustad Tejo kemudian bertanya, “Apa pendapat kalian tentang umat Nabi Luth? Coba beritahu saya apa yang sudah kalian pelajari tentang umat Nabi Luth selama ini.”
Ainun yang baru nyantri setahun langsung angkat tangan dan menjawab, “Orang gay harus dibasmi…!” Semua tertawa termasuk Ustad Tejo. “Hahaha…! Ya nggak begitulah, Nun. Mbok pikir banci itu wereng opo kok mau dibasmi?”
Somad angkat tangan kemudian dengan tenang ia berkata, “Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang tapi juga sangat pedih hukumannya.” Semua diam dan tidak menyangka Somad menjawab demikian. Ustad Tejo tersenyum lalu meminta Somad untuk menjelaskan lebih lanjut.
Somad menarik napas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya.
“Nabi Luth as diutus oleh Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang untuk berdakwah ke Kota atau Negeri Sadum yang penduduknya sangat durhaka kepada Allah. Mereka memang terkenal bejat. Bangsa Sadum adalah bangsa yang selalu melakukan kejahatan baik itu merampok, membunuh sesama, menganiaya, sehingga tidak ada yang berani ke negeri tersebut. Mereka sangat rendah moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama dan nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam keseharian hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik adalah kejadian hari-hari. Yang kuat dan berkuasa menindas dan berlaku sewenang-wenang pada yang lemah. Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan. Jika membawa barang yang berharga maka barang-barangnya akan dirampok dan jika melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat.”
Semua santri terbelalak mendengar kisah Somad. Mereka tidak menduga bahwa ada negeri dan bangsa yang begitu bejat dan jahatnya pada jaman itu. Sekarang ini mungkin sudah tidak ada kota atau daerah yang separah dan sebejat itu penduduknya. Sebejat-bejatnya Las Vegas kata yang belum pernah kesana toh turis bisa datang dengan aman ke kota tersebut dan dilindungi. Pantesan kok banyak orang yang pingin berkunjung ke Las Vegas.
“Tapi itu belum seberapa. Ada banyak negeri dan suku yang memang jahat dan suka merampok dan membunuh pada jaman itu. Tapi kaum Sadum ini lebih parah lagi.” Somad berhenti sejenak dan memandang mata para santri yang mendengarkannya dengan antusias. “Perbuatan maksiat yang paling menonjol dari kaum Sadum adalah perbuatan pemerkosaan homosek di kalangan lelakinya.”
“Haah…!” Semua santri ustad Tejo terbelalak tidak mengira ada perbuatan yang tidak masuk akal semacam itu. Memperkosa saja sudah sangat jahat. Lha ini malah memperkosa sesama lelaki. Edan kok gak kiro-kiro yo…? Begitu pikir mereka. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Lee Min Ho jika pas kebetulan lewat di daerah Sadum. Mungkin bisa jadi peyek. Kalau yang datang Arnold Schwarzeneger atau Benyamin Suaib ya mungkin masih bisa selamat.
“Lalu apa hubungannya dengan pendapatmu bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang segala?” tiba-tiba Bachtiar bertanya penasaran.
Somad menoleh kepada Bachtiar lalu tersenyum.
“Lha iya, Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa bobrok moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya, Tuhan masih juga menginginkan agar bangsa yang bejat ini bisa bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Karena kasih dan sayang Tuhan kepada kaum yang bejat ini maka diutuslah Nabi Luth as sebagai utusan dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka ke alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia. Jadi meski pun bangsa ini sudah demikian bejatnya toh Tuhan masih memberikan kesempatan pada mereka untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Jadi tidak langsung dibasmi atau diberantas seperti katanya Ainun tadi.”
Semua santri tertawa sambil menoleh pada Ainun yang tersipu-sipu. Ustad Tejo dengan gembira memuji pendapat Somad ini.
“Kamu memang pintar, Mad. Ayo poro santri, mari kita doakan agar Somad jadi ustad dan da’i yang top nantinya.”
“Amin…!” seru semuanya dengan serentak.
“Siapa lagi yang punya pendapat?” Tanya Ustad Tejo.
“Saya, Ustad.” Seorang santri mengangkat tangannya dari belakang.
“Oooo, Felix Sioux yang ganteng. Bagaimana pendapatmu?”
“Saya ingin menyambung ceritanya Somad, Ustad.’ Jawab Felix yang keturunan Indian Sioux ini dengan sopan.
“Silakan.” Jawab Ustad Tejo.
“Berdasarkan kisah dalam Alquran Nabi Lut yang konon adalah keponakan Nabi Ibrahim tinggal berdakwah cukup lama di kota tersebut untuk mengajak mereka bertakwa Kisah ini bisa dilihat pada Surat Asy-Syuara (26:160-166) :
“Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.”. Pokoknya mereka selalu diajak untuk bertobat dan berhenti melakukan kejahatan. Namanya juga nabi tak iya?
Satu hal yang sangat ditekankan oleh Nabi Luth untuk ditinggalkan adalah kejahatan perbuatan homoseksual. Perbuatan tersebut adalah perbuatan keji yang dianggap melampaui batas dan tidak pernah dilakukan oleh bangsa lain sebelumnya. “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas” Asy-Syuara (26: 165-166) dan Al-A’raf (7: 80-81. “
Artinya, Tuhan tetap memberikan waktu dan kesempatan pada umat manusia yang kebejatannya luar biasa tersebut untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Tuhan tidak langsung menghukum umat yang berdosa seberapa besar pun dosanya. Bahkan kepada Firaun yang begitu jahat saja Tuhan meminta agar nabi Musa berkata dengan lemah lembut, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha: 44). “Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”.” (QS. Al-Naazi’aat: 18-19). Jadi jalan para nabi adalah jalan dakwah.”
“Bagus sekali, Felix. Jadi kesimpulanmu?” Ustad Tejo senang sekali mendengar penjelasan Felix ini.
“Artinya, jika kita menghadapi bangkitnya kaum Luth di masa sekarang maka hendaknya kita tetap menggunakan pendekatan Tuhan, yaitu mengajak mereka untuk kembali bertakwa dan bertobat dari perbuatan mereka yang keji tersebut. Jadi pendekatan kita adalah dakwah. Begitu pendapat saya.” Sambung Felix dengan sopan.
“Apa tidak sebaiknya mereka kita hajar dan basmi saja supaya tidak jadi virus yang akan merusak lingkungan kita semua?” sahut Khalid yang satu kamar dengan Ainun. Rupanya mereka berdua diam-diam sering ikut-ikutan demo geng “Senggol Bacok” kalau lagi libur nyantri.
“Itu artinya kita telah melampaui tugas nabi-nabi dan juga tugas polisi.” Jawab Felix dengan tenang. “Dalam Alquran umat Luth ini baru dihukum ketika mereka benar-benar sudah tidak bisa ditolong lagi, yaitu ketika mereka mau mengusir dan memperkosa tamu Nabi Luth.
Jadi kalau mereka diajak kepada jalan yang benar mereka bukan hanya menolak tapi bahkan mengancam akan mengusir Nabi Luth “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri”. (QS:Al-A’raf | Ayat: 82). “Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih”.” (QS:An-Naml | Ayat: 56).
Puncaknya adalah ketika Tuhan mengirim malaikat yang berparas rupawan untuk menguji tingkat kebejatan mereka. Nabi Luth langsung merasa stress karena tahu bahwa kaumnya pasti akan mengganggu dan bahkan akan memperkosa mereka. Luth tidak tahu bahwa mereka adalah para malaikat.
Hud (11: 77 – 79) Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.”
Posisi Luth sangatlah lemah menghadapi kaumnya yang buas dan brutal ini. Padahal ia bertanggungjawab untuk melindungi tamunya tersebut. Luth berkata: “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (Hud: 11-80)
Pada saat itulah para malaikat yang menyaru sebagai tamu tersebut menjawab, “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”
“Urusan menghukum perbuatan umat Luth pada jaman itu ditangani langsung oleh Tuhan. Itu dilakukan oleh Tuhan ketika Nabi Luth memang sudah tidak mampu lagi berbuat apa-apa untuk mengajak mereka bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Bahkan anak-anak perempuannya pun ditawarkannya seandainya mereka mau bertobat. Artinya Nabi Luth telah mentok segala upayanya. Akhirnya beliau berdoa. “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. Asy-Syuara (26:169)
Tuhan lalu mengabulkan doa Nabi Luth ini. Diselamatkannya keluarganya kecuali istrinya yang memang tidak beriman. “Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal.” Asy-Syuara (26: 170-171)
Kok bisa istri seorang nabi tapi tidak beriman? Ya, bisa saja lha wong Tuhan tidak memaksakan siapa pun untuk beriman. Kalau mau kafir, meski pun istrinya seorang nabi, ya silakan dan terima akibatnya. Jadi bahkan seorang nabi pun tidak bisa menolong anak dan istrinya jika mereka kafir. Apalagi cuma seorang ustad atau kyai dan ulama. Tidak ada jaminan bagi siapa pun dalam hal ini. Hal ini dijelaskan oleh Tuhan dalam ayatnya Al-Qamar [66:10] “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.
Konon Tuhan menghukum seisi kota Sadum ini karena sudah tidak ada lagi di antara mereka yang beriman pada Nabi Luth. Jadi benar-benar kota ini sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena sudah tercemar seluruhnya kecuali keluarga Nabi Luth.
Bagaimana cara Tuhan menghukum mereka? Tuhan menjungkirbalikkan tanah tempat mereka tinggal dan menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar. Mereka semua terbunuh tanpa sisa. Hud [11:82] Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,” Asy-Syuara [26:173] Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.”
“Lantas bagaimana nasib Nabi Luth dan keluarganya yang beriman?” tanya Nasir antusias
“Nabi Luth dan keluarganya diselamatkan.”jawab Felix. “Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya 21:74-75). Jadi kalau kita termasuk dalam golongan orang yang saleh ya insya Allah akan mendapat pertolongan Tuhan.
“Tapi kata media di Batam ada ribuan pelajar yang sudah menjadi anggota kelompok gay. Apa tidak mengerikan? Apa yang harus kita lakukan? ” seru Jainudin yang suka dengan berita hoax dan fantastis.
“Angka itu dapatnya dari mana kok bisa mendapatkan angka ribuan, pelajar lagi? Mbok ya jangan menggunakan data-data yang tidak valid toh.” Sahut Jeffri yang selalu jengkel kalau ada teman santrinya yang sebar berita yang tidak valid.
“Insya Allah pemerintah tidak akan tinggal diam kalau memang ada gejala semakin meningkatnya kegiatan menyimpang dari kelompok gay, “ sahut Felix. “Kita tidak perlu paranoid, memusuhi dan apalagi memperlakukan mereka sebagai kriminal. Mabuk-mabukan itu juga perbuatan dosa tapi pelakunya tidak bisa kita anggap sebagai kriminal. Kalau merusak dan mengganggu orang lain maka baru masuk kategori kriminal. Tugas kita sebagai santri adalah mengajak mereka untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar.”
Semua santri terpukau oleh penjelasan Felix ini. Sungguh pintar Felix bercerita dan menjelaskan kisah kaum Nabi Luth ini. Semoga Felix kelak jadi ustad yang top dan tidak ikut-ikutan HTI, organisasi pengkhianat bangsa tersebut. Mari kita doakan dan aminkan.
Surabaya, 24 Desember 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com