
Ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh Yufi, anak kedua saya, ketika ia membaca buku “100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa” karya Stephen J. Spignesi. Yufi masih berusia sekitar 8 atau 9 tahun waktu itu dan pertanyaan itu dilontarkannya pada saya secara tiba-tiba ketika kami semua sedang asyik membaca pada kegiatan “Sustained Silent Reading” kami waktu itu.
Kami memang punya kegiatan keluarga membaca selama 30 menit setelah sholat Subuh. Baca tentang ini di sini dan sini.
Kami memang berupaya utk membiasakan anak utk membaca sejak kecil dan utk itu kami juga rutin mengajak anak berbelanja buku. Anak-anak kami bebaskan utk memilih buku apa saja yang mereka inginkan utk mereka baca pada kegiatan bakda Subuh tsb. Saya sampaikan pada mereka bahwa mereka boleh memilih buku apa saja dan harga berapa pun sepanjang mereka benar-benar mau membacanya nanti. Seperti yang kita ketahui kadang-kadang anak, atau bahkan kita sendiri, tertarik utk membeli buku yang judul dan sampulnya menarik.
Yufi memilih buku ini dan saya lihat bahwa ini bukan buku bacaan bagi anak kelas 3 SD. Jadi saya berpikir bahwa ia memilih buku ini hanya karena tertarik pada judul dan gambar sampul bukunya. Jadi saya tanyakan padanya apakah ia benar-benar mau membaca buku ini atau sekedar tertarik pada judul dan gambar sampulnya. Yufi bersikeras bahwa ia ingin membacanya. Jadi buku itu saya bayar dan berharap bahwa ia benar-benar membacanya nanti.
Ketika waktu kegiatan SSR bakda Subuh tiba Yufi mengambil buku itu dan membacanya. Saya bersyukur bahwa ia benar-benar mau membacanya.
Begitulah…! Ketika kami semua tenggelam dalam buku bacaan kami (dan Tara yang belum bersekolah hanya melihat-lihat gambar di buku) tiba-tiba Yufi bertanya.
“Pak, boleh aku tanya?”
“Ya, Nak. Mau tanya apa?” jawabku. It must be something serious when he asks that way.
“Mengapa Tuhan menciptakan bencana di bumi ini…?!”
Dan saya tercengang selama beberapa detik karena tidak menduga akan mendapatkan pertanyaan tsb. Saya juga terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Ini jelas bukan pertanyaan seorang anak kelas 3 SD dan jelas tidak ada jawabannya di buku yang sedang ia baca. Tapi itu pertanyaan yang sah dan logis karena ia membaca buku tersebut dan ia ingin tahu alasan mengapa Tuhan menciptakan bencana di bumi ini.
Jika Anda mendapatkan pertanyaan semacam itu dari anak Anda, apa jawaban Anda…?! 😊
Terus terang saya tidak mampu menjawab pertanyaan tak terduga tersebut. Pertama, ini adalah jenis pertanyaan yang ‘filosofis’ dan saya akan butuh waktu utk menjawab pertanyaan semacam ini. Ini bukan jenis pertanyaan yang bisa dijawab dengan jawaban satu atau dua kalimat. Kedua, saya perlu menyederhanakan jawabannya utk saya sesuaikan dengan alam pikiran anak berusia 9 tahun.
Tapi itulah kesalahan saya. Saya selalu memandang sesuatu dengan cara yang rumit karena tidak ingin menyederhanakan permasalahan. Dan saya terperangkap dalam cara berpikir yang demikian.
Singkat kata I was blangkemen alias tidak bisa menjawab pertanyaan Yufi. Otak saya tidak menyimpan jawaban sederhana utk pertanyaan berdimensi ‘gugatan’ semacam itu. Saya menduga bahwa ekspresi muka saya pada waktu itu pastilah nampak bodoh dengan mulut terbuka, mata terbelalak, dan mungkin sedikit berputar-putar akibat otak tak mampu menyediakan jawaban.
Untunglah saya diselamatkan oleh istri saya…! Karena yakin bahwa saya benar-benar sudah ‘knocked out’ oleh uppercut pertanyaan Yufi maka istri saya berinisiatif utk menjawab.
“Tuhan menciptakan bencana di muka bumi ini utk menguji siapa yg beriman dan siapa yang tidak beriman.” Sebuah jawaban sederhana tapi sungguh mengena bagi Yufi. Ia memandang wajah ibunya dengan takjub. Itu jawaban yang bisa ia pahami karena ia bersekolah di SDIT Istiqamah dan konsep ‘beriman’ dan ‘kafir’ adalah kosakata umum yang ia dengar di sekolahnya. Problem solved…! Yufi puas dengan jawabannya dan marwah saya sebagai bapak yang harus siap menjawab pertanyaan anak juga terselamatkan. Di situ saya juga baru sadar bahwa ternyata istri saya jauh lebih cerdas daripada saya dalam hal-hal tertentu…! 😃 Dan itu yang membuat saya semakin kagum dan cinta padanya. 😉