“…semesta tidak hanya satu, tetapi banyak-bahkan lebih dari yg bisa kubayangkan-dan kasih sayang ada di pusat semua semesta itu. Kejahatan juga hadir di semua semesta, tetapi hanya sedikit. Kejahatan dibutuhkan karena tanpanya, kehendak bebas tidak mungkin ada. Tanpa kehendak bebas tidak akan ada pertunbuhan-tidak akan ada kemajuan, tidak akan ada kesempatan bagi kita utk menjadi apa yg Tuhan rindukan bagi kita.
Walau pun adakalanya kejahatan terkesan mengerikan dan kuat, kasih sayang teramat dominan, dan pada akhirnya akan menang….”
Itu adalah kutipan dari buku “Proof of Heaven” yg kubaca pagi ini. Buku ini karya Eben Alexander M.D seorang ahli bedah saraf yg mengisahkan perjalanan mati surinya (NDE near death experience) selama tujuh hari menuju alam baka. Dr. Eben Alexander secara tiba-tiba terkena penyakit menular meningitis bakteri E-coli yg sangat langka (kurang dari satu dari sepuluh juta kejadian per tahun) dengan tingkat mortalitas lebih dari 97%. Tapi setelah mengalami koma selama enam hari dan pada hari ketujuh ia membuka mata, sadar, dan segera melepaskan diri dari ventilator, pulih sepenuhnya dengan membawa pengalaman NDE spiritual yang sangat luar biasa.
Kisah spiritualnya yang ia ramu dengan pengetahuannya yg mendalam ttg cara kerja otak dan saraf ini ditulis menjadi sebuah buku yg sangat menarik dan merupakan buku yg pernah menjadi #1 New York Times Bestseller. Buku ini juga telah diterbitkan di 39 negara.
Eben, ahli bedah saraf dengan pengalaman riset dan bekerja langsung di ruang operasi selama puluhan tahun, yg bekerja di Harvard Medical School di Boston adalah seorang yg sangat rasional dan bukan seorang yg relijius dalam artian orang yg percaya pada agama. Ia bahkan pernah meragukan adanya kasih sayang Tuhan karena pengalaman pribadinya sebagai anak adopsi. Untuk menulis buku ini pun ia mempertaruhkan reputasi profesionalnya pada para peragu medis lainnya, apalagi pada para skeptis, tentang adanya alam sesudah mati.
NDE sendiri sebetulnya bukanlah hal asing bagi Eben karena ia sering mendengarnya dari para pasiennya yg mengisahkan pengalaman NDE mereka setelah selamat dari meja operasi. Sebelumnya, Eben sendiri tidak pernah peduli pada kisah pasiennya yg ia selamatkan di meja operasi yg menceritakan “petualangan” mereka ke alam lain. Sama seperti dokter dan ilmuwan lain ia menganggap pengalaman mereka hanyalah sekedar hayalan, sesuatu yg INGIN mereka lihat dan bukan sesuatu yg NYATA mereka lihat.
Pengalamannya sebagai seorang ahli bedah saraf menghadapi realitas mati suri (NDE) adalah sangat unik karena selama hidupnya ia menganggap pengalaman tersebut hanyalah sekedar ilusi yg dihasilkan oleh otak. Ini adalah pengalaman spiritual yg dialami oleh seorang yg paling rasional, seseorang yg memiliki reputasi profesional yg paling mungkin menyangkal adanya dunia selain yg bisa dijangkau oleh otak kita. Ia tahu benar cara kerja otak dan pengalamannya selama koma tujuh hari itu adalah benar-benar di luar kemampuan otak untuk menalar.
Memang cukup banyak buku yg berbicara tentang NDE tapi buku ini menjadi istimewa karena dialami dan dijelaskan oleh seorang dokter ahli bedah saraf dengan pengetahuan dan pengalaman yg panjang utk menolak adanya realitas di luar atau di atas realitas. Buku ini bisa menjadi literatur pengalaman spiritual yg unik dan akan mampu mengubah-atau memperkuat- pemahaman kita akan peran dan eksistensi Tuhan dalam kehidupan kita.
Buku ini adalah upaya dr. Alexander utk menyatukan pengalaman spiritualnya dengan pengetahuan saraf yg telah dipelajari dan digelutinya selama puluhan tahun. Ia sadar bahwa tetap akan ada orang yg mencari ketidakakuratan dari pengalaman spiritualnya tersebut utk membantah dan menjatuhkan kesimpulannya. Banyak orang yg akan enggan utk percaya bahwa apa yg dialaminya bukan suatu mimpi yg gila dan ngawur tapi sebuah realita yg nyata, benar, dan penting.
Pengalaman dan pemahaman dari apa yg disampaikan oleh dr. Alexander ini bahkan sangat penting karena bisa dengan telak menghantam pemahaman bahwa dunia material adalah satu-satunya dunia yg ada. Kesadaran atau roh yg mengenal dan akan kembali pada Tuhan bukanlah igauan para nabi atau orang suci belaka melainkan realita yg bisa dialami selagi kita hidup.
Dr. Eben Alexander adalah bukti nyatanya!
Surabaya, 26 Januari 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Kutipan yang Bapak tulis, apa seperti true love yang ada di fim Frozen Pak? 😀