Apa arti penting Muhammad Yunus dan Grameen Bank bagi umat Islam? Muhammad Yunus dan proyek Grameen Banknya yang memenangkan hadiah Nobel Perdamaian sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Ini artinya seorang umat Islam diakui oleh dunia sebagai pelopor dan pejuang bagi perdamaian dunia. Ini sungguh luar biasa! Sekarang tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa Islam (atau umatnya) tidak mampu membawa perdamaian pada dunia yang kacau balau ini. Muhammad Yunus adalah tonggak sejarah yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah satu-satunya umat Islam yang diakui sebagai Pahlawan Pembawa Perdamaian bagi umat manusia sampai saat ini. Justru pada saat Islam dituding sebagai biang terror dimana-mana!
ISLAM DAN TERORISME
Selama ini (umat) Islam menghadapi tuduhan yang bertubi-tubi sebagai umat yang membawa terror ke seluruh penjuru dunia. Dunia Barat, khususnya Amerika, menghantam negara-negara Islam dengan isu terorisme. Dunia didorong untuk menerima persepsi bahwa (umat) Islam
Identik dengan terror dan kekerasan.
Anehnya, umat Islam terseret dalam permainan persepsi ini dan bahkan mengikuti kendang dari mereka yang berusaha untuk mendiskreditkan mereka. Sebagian umat Islam Indonesia bahkan diam-diam mengidolakan Osama bin Laden dan Imam Samudra. Mengapa? Karena mereka dianggap sebagai para pejuang yang berani melawan Amerika siTiran. Amerika, karena kebijakan luar negerinya yang ekspansif pada negara-negara Islam, pada akhirnya memang dianggap sebagai musuh Islam. Kebijakannya yang membela tanpa reserve terhadap Israel, yang dianggap perampok tanah Palestina (yang dianggap sebagai representasi Islam) dianggap tidak adil terhadap bangsa Palestina. Ini membuat Amerika dibenci oleh banyak umat dan negara Islam. Amerika dan beberapa negara sekutunya dianggap sebagai musuh umat Islam.
Osama Bin Laden dan Imam Samudera membom rakyat sipil dengan dalih memerangi Amerika si dajal dengan membawa bendera Islam. Karena persepsi Musuh dari dari musuh saya adalah teman saya, apalagi jika membawa-bawa bendera Islam, tidak bisa tidak hal ini membuat umat Islam menjadi terseret ke dalam permainan persepsi.
Selama ini beberapa pemimpin dan ulama Islam terus menerus meniup-niupkan tentang betapa jahatnya Amerika, Barat, Yahudi, dan Kristen. Dikesankan bahwa Barat, Yahudi dan Kristen berkonspirasi untuk menghancurkan Islam sehingga umat Islam harus melawan dengan segala cara. Ayat-ayat Al-Quran pun digunakan untuk membenarkan hipotesis ini. Umat Islam digiring untuk berpikir bahwa musuh Islam adalah Barat (Amerika dan konco-konconya), Yahudi (Israel) yang menjajah Palestina (yang dianggap representasi Islam), dan Kristen yang tidak rela Islam berkembang. Akhirnya umat Islam disibukkan hari-harinya dengan impian untuk membentuk khilafah agar dapat mempertahankan identitas keislamannya. Semakin Islam ditekan dan dipersepsikan negatif, semakin kuat juga umat Islam bertahan dan mempertahankan apa pun simbol yang identik dengan Islam. Fenomena umat Islam yang semakin tidak toleran terhadap umat lain akhir-akhir ini sebenarnya merupakan representasi kecemasan mereka akan serangan terhaap identitas mereka.
Jadi (umat) Islam akhirnya memang dipersepsikan sebagai musuh dari umat lain yang tidak segan-segan untuk menggunakan kekerasan dan terror untuk menghadapi mereka. Sungguh salah kaprah.
Sosok Osama bin Laden dan Imam Samudra akhirnya justru muncul sebagai sosok yang dianggap sebagai pahlawan bagi sebagian umat Islam karena mereka adalah figure-figur yang berani melawan para tiran.
Tak salah jika kemudian umat lain bertanya-tanya dimana konsep rahmatan lil alamin yang selama ini digembar-gemborkan oleh para umat Islam. Jika memang umat Islam adalah berkah dan rahmat bagi alam semesta dan seisinya mengapa belum juga muncul contoh-contoh nyata tentang betapa mulia dan hebatnya ajaran Islam itu?
Untunglah kita punya Muhammad Yunus! Dengan Nobel Perdamaiannya itu kita bisa katakan bahwa dunia mengakui bahwa ada umat Islam yang benar-benar membawa rahmat dan berkat bagi dunia dan diakui oleh dunia internasional. Tanpa Muhammad Yunus umat Islam masih akan terjebak pada figur Osama bin Laden dan Imam Samudra. Alangkah tragisnya!
MASALAH UMAT ISLAM
Jelas sekali umat Islam saat ini masih dililit sejumlah permasalahan krusial yang bisa menggiring umat menjadi kaum paria di era global. Masalah kemiskinan adalah salah satunya. Negara-negara Islam mulai dari Maroko hingga Indonesia, umumnya masih dibelit kemiskinan yang bersifat struktural dan kultural sekaligus. Apalagi kalau kita lihat ke negara-negara Afrika dan Asia Selatan, Negara-negara seperti Nigeria, Sudan, Ethiopia, Senegal, Chad, atau Pantai Gading yang mayoritas Muslim, dibelit kemiskinan yang akut. Kematian akibat kekurangan gizi alias kelaparan merupakan pemandangan sehari-hari di benua hitam. Begitu pula di Asia Selatan seperti Bangladesh dimana Muhammad Yunus memulai misinya.
Muhammad Yunus adalah contoh nyata bahwa umat Islam dapat menjadi pelopor kepada umat manusia lain bagaimana membuat dunia ini menjadi lebih damai dengan program penghapusan kemiskinannya tersebut. Umat Islam membutuhkan seorang pahlawan baru, seorang figur keteladanan yang dapat memberikan inspirasi kepada umat Islam lainnya agar dapat melakukan inisiatif dalam menyelesaikan masalah-malasah di tubuh umat Islam itu sendiri.
Di antara problem besar yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam adalah korupsi. Korupsi di negara-negara Muslim betul-betul telah bersifat destruktif, melemahkan sendi-sendi kepemerintahan. Ironisnya, upaya untuk menghentikan korupsi dihadang oleh resistensi atas gerakan antikorupsi tersebut.
Problem lainnya adalah masalah pendidikan dan kesehatan. Secara umum negara-negara Muslim tingkat pendidikannya masih memprihatinkan. Masih banyak yang buta huruf. Angka partisipasi di dalam pendidikan masih rendah. Urusan perut membuat sulit bagi mereka untuk bicara tentang tantangan global. Di bidang kesehatan, beberapa penyakit menular masih mengancam negara-negara Muslim. Sementara itu sumber daya pemerintah sangat terbatas untuk menghadapinya (dan sebagian dikorupsi sendiri oleh para birokrat). Manajemen yang korup menyebakan anggaran yang dialokasikan bagi peningkatan kesejahteraan warga menjadi raib.
Apa yang telah dimulai oleh Muhamad Yunus dengan kredit mikronya kini telah merambah pada usaha untuk memecahkan masalah pendidikan dan kesehatan. Dan ia telah menunjukkan betapa berhasilnya inisiatifnya tersebut.
Dunia Islam juga tidak bisa lagi diamanatkan kepada pemimpin formal yang tidak punya visi, kemampuan dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan permasalahan secara tepat. Umat Islam butuh pemimpin dan keteladanan yang inspiratif macam Muhammad Yunus. Inisiatif dan perjuangannya telah menunjukkan bukti-bukti nyata dan metodologi yang digunakannya memang benar-benar efektif untuk dapat dilakukan di mana pun untuk mengatasi masalah-masalah di atas.
Sekaranglah saatnya umat Islam di seluruh dunia untuk berpaling dari tokoh-tokoh palsu dan menujukan pandangannya pada pahlawan dan tokoh rahmatan lil alamin sejati seperti Muhammad Yunus. Ia sangat cocok untuk dijadikan idola baru bagi perjuangan Islam justru karena ia tidak membawa-bawa bendera ideologi apapun. Ia bukanlah seorang Sunni atau Syiah, ia bukanlah NU atau Muhammadyah, Ia bukanlah konservatif atau liberal. Ia hanya seorang umat Islam yang berjuang melawan kemiskinan yang membelit umat Islam tanpa merasa perlu membawa-bawa bendera. Dan ia berhasil membuktikan bahwa seorang umat Islam yang berjuang untuk membebaskan umat manusia dari kemiskinan ternyata dianggap oleh dunia sebagai pahlawan bagi perdamaian dunia dan pahlawan bagi kemanusiaan!
Mari kita sambut Muhammad Yunus sebagai pahlawan dan teladan baru Islam!
Satria Dharma
Jakarta, 14 Agustus 2007
Hehehe Isinya bagus saja Pak Satria,
Saya masih heran..mana sih bagian yang tidak pas buat Bu Rosdiana?
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) previously known as Attention Deficit Disorder (ADD), is generally considered to be a developmental disorder, largely neurological in nature, affecting about 5% of the world’s population. The disorder typically presents itself during childhood, and is characterized by a persistent pattern of inattention and/or hyperactivity, as well as forgetfulness, poor impulse control or impulsivity, and distractibility. ADHD is currently considered to be a persistent and chronic condition for which no medical cure is available. ADHD is most commonly diagnosed in children and, over the past decade, has been increasingly diagnosed in adults. About 60% of children diagnosed with ADHD retain the disorder as adults. Studies show that there is a familial transmission of the disorder which does not occur through adoptive relationships. Twin studies indicate that the disorder is highly heritable and that genetics contribute about three quarters of the total ADHD population. While the majority of ADHD is believed to be genetic in nature, roughly about 1/5 of all ADHD cases are thought to be acquired after conception due to brain injury caused by either toxins or physical trauma prenatally or postnatally. According to a majority of medical research in the United States, as well as other countries, ADHD is today generally regarded as a chronic disorder for which there are some effective treatments. Over 200 controlled studies have shown that stimulant medication is an effective way to treat the symptoms of ADHD.[8][9] Methods of treatment usually involve some combination of medication, behaviour modification, life style changes, and counseling. Certain social critics are highly skeptical that the diagnosis denotes a genuine impairment and question virtually all that is known about ADHD. The symptoms of ADHD are not as profoundly different from normal behavior as are those of other chronic mental disorders. Still, ADHD has been shown to often impair functioning, and many adverse life outcomes are associated with ADHD.
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_disorder