Tiba-tiba saya mendapat kiriman video tentang Ahok lagi secara bertubi-tubi baik di grup WA mau pun FB.
“Ahok kembali menistakan Alquran…!” demikian kata pengirimnya, “Sebarkan…! Kita akan demo yang lebih besar daripada demo-demo yang sebelumnya.” demikian pesannya. Opo maneh iki?, demikian kata saya dalam hati. Kayaknya demo ini sudah sampai pada tahap adiktif, alias bikin ketagihan nih! 😃
Video dari Youtube itu adalah video potongan di mana Ahok tampaknya sedang memimpin rapat didampingi wakilnya Djarot. Judulnya ‘mengolok-olok Al-Maidah 51 di Rapim Pemprov DKI.’ Ada beberapa grup WA dan status FB yang menyebarkannya. Ada yang juga bertanya langsung pada saya apakah video ini hoax atau bukan. Ia mengaku sakit lagi hatinya pada Ahok setelah menonton potongan video ini (padahal dia sudah berusaha untuk menyembuhkan sakitnyanya hatinya pada potongan video di Pulau Seribu yang kapan hari). “Kali ini sakitnya hati sudah tak tertahankan. Padahal yang sebelumnya sakitnya hati ini belum sembuh dan pulih lagi, eh! ini bikin perkara lagi…! Ahok memang …..#*&%@! (saya sensor karena kata-katanya mengandung kata-kata yang belum mendapatkan sertifikasi ‘layak diujikan’ oleh MGMP bahasa Indonesia)”
“Haah…! Ahok berulah lagi…?!” demikian kata saya dalam hati.” Kok gak kapok-kapok sih Ahok iki? Pancen njaluk dirukyah arek iki…!” demikian kata saya dalam hati.
Kalau begini caranya tampaknya saya juga harus ikut demo kali ini. Meski pun saya sudah dicap sebagai ‘cicak’ oleh sebagian orang ya apa boleh buat. Kali ini mungkin para cicak perlu ikut demo juga. Saya membayangkan alangkah megah, indah, dan kolosalnya demo kali ini jika para burung pipit dan cicak bersatu. Lha wong demo yang dilakukan oleh kelompok burung pipit saja bisa menghadirkan tujuh juta orang katanya. Coba bayangkan berapa banyak jiwa yang akan hadir jika kelompok cicak juga turun demo ke jalan. Perkiraan saya akan ada sekitar lima belas jutaanlah… Sungguh grando and magnifico demo kali ini. Pedagang kaki lima akan panen besar lagi dengan demo yang mungkin akan menjadi demo pamuncak umat Islam melawan Ahok Sang Penista.
Tapi kembali hati kecil saya mengingatkan. “Sik talah. Bro. Wis dicek tah video iku? Iku video kapan? Sebelum atau sesudah peristiwa Pulau Pramuka?”
Setelah saya cek ternyata benar bahwa potongan video yang hanya berdurasi 40 detik alias gak sampai satu menit itu edisi lawas punya. Peristiwa ini terjadi di tahun 2015, atau tepatnya 12 Oktober 2015 lalu. Potongan video ini bahkan sudah dijadikan sebagai bukti oleh Tim Advokasi GNPF MUI untuk mendakwa Ahok melakukan penodaan agama. Jadi bukan peristiwa baru dan bahkan sudah masuk ke pengadilan sebagai barang bukti. Tapi kok muncul lagi dan dikesankan sebagai peristiwa baru? Nah, kalau itu sih silakan tanya kepada golongan burung pipit. Mereka itu selalu punya jawaban untuk pertanyaan sesulit apa pun. Kami golongan cicak ini tidak mampu mengungkapkan hal-hal semisterius itu. “Hanya Tuhan yang tahu,” saya rasa ungkapan ini yang paling pas untuk menjawabnya. 😎
Info ini saya sampaikan ke teman dan saudara yang hatinya terluka kembali ini dengan harapan mudah-mudahan akan menghiburnya. Tapi saya salah duga. “Kalau kejadiannya sudah lama berarti dia sudah lama kurang ajar…!” demikian responnya semakin geram. Grrrr…..! (menggeram). 😡
“Tapi dulu tidak ada satu pun di antara peserta rapat yang merasa tersinggung atau merasa bahwa itu penistaan,” jawab saya. Maksud saya, lha wong para muslim yang ikut rapatnya Ahok itu dulu tidak ada satu pun yang menyatakan tersinggung waktu itu. Lha kok kita yang cuma dapat potongan videonya yang berdurasi 40 detik setahun kemudian kok tiba-tiba ingin meradang dan menerjang? Apakah mereka yang ikut rapat dan tidak merasa tersinggung dengan ucapan Ahok itu adalah golongan para cicak belaka?
Silence for a while…. Then…
“Kenapa orang seperti ini masih dibela? Kenapa sampeyan tidak tersinggung dengan ucapan Ahok tersebut dan bahkan mencari dalil pembelaan bagi penista?” tiba-tiba saya langsung disodok dengan pertanyaan yang frontal dan bertubi-tubi. “Wahai Cicak, sadarlah engkau akan kecicakanmu…! ” Saya langsung gelagapan dan tidak menduga bakal disodok langsung seperti ini. Ini sungguh sebuah jurus yang telengas dan mematikan. Langsung ke uluhati. Hanya ada dua pilihannya, rumah sakit atau kuburan. Minimal dingklang dan keple… (Tapi saya putuskan untuk memilih ke Twenty One. Saya mah emang begitu orangnya). 😚 Alhamdulillah, sebagaimana yang pernah kita pelajari dalam buku-buku biologi cetakan lama cicak punya cara menghindar yang luar biasa. Ia melepaskan ekornya. Ekornya akan bergerak-gerak seolah hidup dan lawannya akan mengira bahwa ekor ini adalah cicak itu sendiri. Haha…! Kutipu kau…!
“Kalau kamu mau sakit hati setengah mati pada Ahok. Silakan. Be my guest… Enjoy yourself. It’s your own heart which is bleeding. Ane kagak mau ikut sakit hati karena ane tahu dan merasa yakin bahwa Ahok tidak menistakan Alquran,” begitu jawab saya. “Lagipula kalau benar Ahok itu menista Alquran maka emangnya Tuhan itu tidak bisa membela kitab suciNya? Biarlah Tuhan yang akan menghukumnya. Eman-eman hatiku yang suci murni ini kalau kupakai untuk ikut membenci dan sakit hati pada Ahok. Lha wong Habib Rizieq menistakan agama Kristen aja aku gak mau benci dan sakit hati kok. Aku cuma bisa prihatin.” Serangan balikku menerjang bergelombang. Susul menyusul dengan indahnya dengan hanya sedikit jeda. Tidak rugi dulu aku pernah meguru pada Bu Kek Siansu.
Dan seperti yang bisa diduga, jawaban ini justru membuat si burung pipit semakin meradang dan menerjang dan mau hidup seribu tahun lagi…. (Chairil Anwar).
“Dasar cicak loe….! Sekali cicak tetap cicak…!” teriakannya mengguntur dan bergema.
Tapi si cicak sudah pergi jauh meninggalkan ekornya yang terus bergerak seolah berdansa…. Haha…. lawan tuh ekor…! 😜
Surabaya, 19 Pebruari 2017.