
Ada orang yang mengirimkan poster Yuval Noah Harari ini untuk mengejek manusia yang percaya pada hari akhir. Yuval dalam bukunya”Sapiens” bilang bahwa “Kita tidak akan pernah bisa meyakinkan seekor monyet untuk memberikan kita sebuah pisang dengan menjanjikannya balasan pisang yang tak terbatas kelak setelah mati di sorga monyet”. Katanya ‘Monyet aja gak percaya, kok ada manusia yang percaya pada sorga yang fiksi tersebut.”
Orang ini jelas belum membaca buku Yuval ‘Sapiens’ di mana ia membahas soal perbedaan binatang dan manusia. 😁
Bukan itu yang dimaksud oleh Yuval. 😎
Yuval ingin menyampaikan bahwa beda manusia dan hewan adalah dari otak dan kemampuan berpikirnya. Hewan itu mahluk tak berakal dan otaknya tak mampu berpikir seperti manusia yang telah berevolusi sangat canggih. Tapi manusia dengan otaknya yang canggih tersebut berpikir dan menciptakan imajinasi-imajinasi sampai seperti kehidupan kita sekarang ini. Hanya manusia yang percaya dengan imajinasi-imajinasi soal hari akhir di mana monyet dan semua hewan jelas tidak mampu.
Melalui imajinasi, manusia menciptakan fiksi. Dan keyakinan akan fiksi merupakan landasan kolektif yang mampu membuat manusia bekerja sama dalam jumlah besar. Semua hal besar yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah hasil imajinasi tersebut.
Orang-orang zaman dahulu menciptakan fiksi tentang dewa-dewa penjaga gunung, langit, dan lautan. Orang-orang arab kuno menciptakan fiksi pada berhala-berhala yang mereka ciptakan. Melalui keyakinan-keyakinan itu mereka kemudian berkumpul dalam jumlah besar membentuk sistem, struktur sosial, ekonomi, nilai, kebudayaan, dan peradaban.
Dalam ceramahnya di forum TED (Technology Entertainment & Design), Yuval membandingkan kemampuan kerja sama yang dimiliki manusia ini dengan koloni lebah. Pada koloni lebah dikenal ada ratu lebah dan lebah pekerja. Pembagian kerjanya pun jelas: lebah pekerja SELALU melayani ratu lebah. Mereka tidak bisa bertukar peran. “Karena tidak bisa berpikir dan tidak memiliki imajinasi seperti manusia maka tidak akan terjadi peristiwa di mana lebah pekerja membunuh ratu lebah dan mengobarkan revolusi dan mendirikan pemerintahan komunis demi kesetaraan hak lebah pekerja,” ujar Yuval.
Hanya manusia yang bisa melakukan hal itu. Melalui penciptaan fiksi tentang tatanan kehidupan ideal, dan diyakini bersama-sama, manusia mampu bekerja sama dalam jumlah tak terbatas untuk memperjuangkan tatanan yang dikhayalkan tersebut.
Makhluk hidup lain hanya berkomunikasi untuk melukiskan realita. Manusia sebaliknya, ia menggunakan bahasa tidak hanya untuk menggambarkan realita, namun juga untuk menciptakan realita fiktif. Kemampuan menciptakan realita fiktif itu tidak hanya pada tataran dongeng tentang dewa-dewa. Realita fiktif itu juga terdapat dalam bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Dalam politik, misalnya, faktor paling penting dalam politik modern adalah bangsa dan negara. Negara dan bangsa, menurut Yuval, bukanlah realita obyektif.
Uang, menurut Yuval, salah satu konsep yang paling sukses yang ditemukan dan disebarkan manusia. Karena uang adalah satu-satunya konsep yang dipercaya semua orang. Tidak semua orang percaya pada Tuhan, tidak semua orang percaya pada demokrasi, tidak semua orang percaya pada HAM, namun semua orang percaya akan uang. Osama bin Laden, misalnya, ia membenci agama dan politik Amerika Serikat, namun Osama tidak pernah menolak dolar Amerika, kata Yuval. Hanya manusia yang mau menukarkan setandan pisangnya dengan secarik kertas yang mereka sebut ‘uang’. Monyet mana mau menukarkan sebuah pisangnya dengan uang kertas senilai USD 100. 😁
Demikianlah, manusia mengontrol dunia karena hidup dalam realitas ganda: obyektif dan fiktif. Selain hidup dengan realita obyektif seperti gunung, pohon, ayam, sapi, manusia juga hidup dalam realitas fiktif yang diciptakan seperti negara, ideologi, uang, dewa-dewa.
Dan, seiring berjalannya waktu, realitas fiktif itu makin menguat dan bahkan menguasai dunia.
“Kini, kelangsungan hidup hutan, sungai, gajah, harimau, bergantung pada kebijakan dan keinginan konsep-konsep fiktif seperti Amerika Serikat, Google, Bank Dunia. Konsep yang hanya ada dalam imajinasi kita,” tutup Yuval.
Madigondo, 30 September 2023
Satria Dharma