
Saya mau mengomentari postingan dari teman FB saya Mustafa Husin Baabad tentang kedalaman dalam beragama dalam postingnya
Tampaknya ada kegelisahan dari banyak umat Islam sendiri pada masalah keberagamaan yang dipaksakan oleh umat Islam itu sendiri, baik kepada sesama muslim dan bahkan kepada non-muslim. Lha wong pakai jilbab aja dipaksakan bahkan kepada siswa yang non-muslim di sekolah-sekolah umum. Sungguh kekonyolan yang kebangetan. 🙄
Sangat terasa sekali betapa orang DIPAKSA untuk beriman, dan lebih konyolnya lagi adalah mempraktekkan prilaku keberimanan, seperti yang diimani oleh kelompok tertentu. Kalau beriman ya harus seperti mereka. Dan itu memang sangat mengganggu dan sangat tidak layak dilakukan. 🙄
Ada satu pesan Tuhan yang sangat penting tapi TIDAK dipahami dengan baik oleh umat Islam, yaitu “Laa ikraha fiddien” Tak ada paksaan dalam beragama. Jelas sekali bahwa Tuhan tidak menginginkan agar manusia dipaksa untuk beragama atau beriman kepadaNya sekali pun. Tidak boleh ada orang yang boleh dipaksa beragama atau beriman pada Tuhan meski pun itu kepada anak sendiri. Bahkan para rasul dilarang memaksa anaknya sendiri pun untuk mengimani apa yang ia sampaikan. Itu sebabnya anak Nabi Nuh pun tidak percaya pada apa yang diimani oleh ayahnya yang seorang nabi itu. Tugas para nabi dan rasul hanyalah menyampaikan amanat (Al-Maidah 5:99). Para rasul bahkan diwanti-wanti bahwa mereka HANYA pemberi peringatan dan bukan orang yang diberi kuasa untuk mengurusi mereka mau beriman atau tidak (Al-Ghasyiyah 88:31, Ar-Ra’d 13:40). Bolak-balik disampaikan bahwa kewajiban rasul hanyalah menyampaikan peringatan yang terang. (Al-Kahfi 18:56, Al-Haj 22:49, Yasin 36:17, An-Nahl 16:82, Al-Furqan 25:56). “In anta illa nadzir, Kau hanyalah pemberi peringatan. (Fathir 35:22, Al-Hijr 15:89, Shad 38: 65,70).
Allah sendiri menyatakan:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” [QS. Yunus (10): 99].
Artinya jika ada orang yang tidak beriman maka itu sebenarnya KEHENDAK Tuhan juga. Lha wong Tuhan yang menciptakan manusia saja menghendaki ada yang beriman dan ada yang tidak. Lha ngapain kita sesama manusia mau memaksa semua orang agar beriman, apalagi memaksa mereka agar beriman seperti cara kita beriman? 🤔
Jadi tidak ada satu pun di antara para rasul itu yang akan dimintai pertanggungjawaban soal apakah umat yang diajaknya beriman itu ikut dengannya atau tidak. Para nabi tidak dimintai pertanggungjawaban soal apakah mereka ikut atas ajaran mereka atau tidak. Para nabi akan mengatakan, “Jika Kau mengazab mereka, mereka adalah hamba-hambaMu. Jika Kau mengampuni mereka, sungguh Kaulah yang Maha Perkasa, yang Maha Bijaksana.” (Al-Maidah 5:118). Terserah Engkau Tuhan. Lha wong mereka itu para hamba dan ciptaanMu sendiri. Mau Engkau azab atau mulyakan itu semua adalah kewenanganMu. “Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di dalamnya. Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maidah 5:120)
Jadi apa urusan kita, yang bukan nabi bukan utusan, kok mau memaksakan orang lain untuk beriman seperti kita?! 😳
Lha wong Tuhan sendiri menyatakan bahwa tidak boleh ada manusia yang dipaksa untuk beriman kepadaNya. Biar saja mereka memilih mau beriman atau tidak. Tuhan sendiri menyatakan bahwa KEBANYAKAN manusia tidak percaya pada hari kiamat (Al-Mukmin 59).
“Tapi kan kalau mereka tidak beriman maka mereka akan diadzab di akhirat.” kata kita. Ya biar saja. Itu kan menurut kita yang beriman. Kalau menurut mereka yang tidak beriman ya tidak diadzab. Lha wong mereka tidak percaya soal Tuhan dan akhirat. 😁
“Lho kok enak mereka. Tidak beriman tapi tidak diadzab.” kita masih ngeyel.
Ya terserah Tuhan toh. Apakah mereka mau diadzab atau tidak. Olaopo kok kita yang mau menentukan soal adzab mengadzab. 😂
“Kalau begitu ya mending tidak beriman aja bisa bebas…Toh Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang.” sambil bersungut-sungut.
Lho…katanya mau tidak beriman. Kok masih percaya bahwa ada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang…?! 😁
Sudahlah….! Pilih saja mau beriman atau tidak. Soal konsekuensi saya yakin kita semua sepakat bahwa selalu ada konsekuensi dari apa yang kita pilih. Tapi JANGAN PAKSA siapa pun untuk beriman dan mengimani apa yang kita imani karena itu DILARANG oleh Tuhan yang kita imani. 🙏
Surabaya, 11 Mei 2022
Satria Dharma