“Bagaimana pendapatmu jika saya katakan bahwa ilmu berbicara pada hewan dan ilmu memindahkan barang dalam sekejap mata ala transporter itu AJARAN ISLAM?” kata saya pada seorang teman.
“Maksudmu…?!” tanya teman saya sambil mengernyitkan keningnya. Bingung dia saya sodok pertanyaan tersebut.
“Karena di Alquran ada disebutkan kisah tentang Nabi Sulaiman yang bisa berbicara dengan hewan. Dikisahkan beliau bisa berbicara dengan burung dan semut. Bukankah itu berarti ilmu berbicara pada hewan itu adalah ajaran Islam? Dalam kisah di Alquran juga ada kisah salah seorang staf Nabi Sulaiman yang bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap mata saja.” kata saya lebih lanjut. “Bisakah kita menyatakan bahwa ilmu berbicara pada hewan dan ilmu Transporter adalah AJARAN AGAMA ISLAM?”
“Wah…! Itu mah cocoklogi namanya.” jawab teman saya sambil tertawa. “Tidak berarti bahwa segala yang dikisahkan dalam Alquran adalah AJARAN ISLAM walau pun itu dilakukan oleh para nabi-nabi. Bisa bahaya kalau semua yang dilakukan oleh para nabi di zaman dahulu disebut sebagai AJARAN AGAMA YANG WAJIB DIIKUTI.”
“Apa bahayanya…?!” tanya saya kini dengan heran. Kok bisanya dia bilang bahwa apa yang dilakukan oleh para nabi zaman dahulu dianggap bahaya…
“Bayangkan kalau kamu menyodorkan anak perempuanmu kepada para gay sebagaimana Nabi Luth dulu. Bayangkan kalau ada umat Islam yang terinspirasi oleh kisah Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai bukti ketakwaannya pada Tuhan. Bayangkan jika ada pemimpin Islam yang terinspirasi oleh kisah Nabi Sulaiman yang mengancam untuk menginvasi negara tetangganya (Negara Saba milik Ratu Balqis) dan akan menghancurkannya jika tidak tunduk padanya hanya KARENA ITU ADA DISEBUTKAN DALAM ALQURAN. ” Jawab teman saya kali ini dengan serius.
“Lha bagaimana kalau ada ustad, kyai, ulama, cendekiawan muslim yang ngomong bahwa sistem khilafah itu adalah AJARAN ISLAM YANG WAJIB DIPATUHI hanya karena kata ‘khalifah’ ada disebutkan di Alquran?” sodok saya kali ini sambil pasang wajah serius.
“Asem peno, Bro…!” dia tak menjawab tapi langsung ngakak. Sekarang dia tahu kemana arah pembicaraan saya.
Coba pikirkan baik-baik…!
Lha kalau ada ulama yang bilang bahwa sistem khilafah itu AJARAN ISLAM hanya karena di Alquran ada disebutkan tentang ‘khalifah’ sebanyak tujuh ayat (bukan ‘khilafah’ lho ya) apa nggak kita sebut sebagai COCOKLOGI juga…?!
Padahal tidak ada sama sekali Alquran bicara atau menganjurkan sebuah sistem kepemerintahan apa pun pada ayat-ayat tersebut. Nabi Muhammad bahkan TIDAK PERNAH memberi mandat kepada siapa pun sahabatnya untuk mendirikan kekhilafahan atau menjadi khalifah sepeninggal beliau. Ajaran Islam itu tentang MORAL DAN AKHLAK dan tidak ada sama sekali mengajarkan untuk mendirikan negara atau menerapkan sebuah sistem kepemerintahan tertentu. Apa yang dilakukan oleh para sahabat dengan mendirikan khilafah adalah ijtihad dan hasil pemikiran mereka sendiri. Kalau pun kita mau menyebutnya maka semestinya kita menyebutnya sebagai ‘Sistem Kekhilafahan Abu Bakar’, ‘Sistem Kekhilafahan Umar bin Khattab’, ‘Sistem Kekhilafahan Muawiyah’, ‘Sistem Kekhilafahan Turki Usmani’, dst. Tapi semua itu BUKANLAH AJARAN AGAMA melainkan ijtihad dan kreatifitas pemikiran mereka sendiri. Tidak bisa disebut bahwa apa yang mereka lakukan adalah AJARAN ISLAM, apalagi kalau sampai kita mewajibkannya dengan mengatasnamakan agama.
Lha kok ujug-ujug saat ini ada umat Islam yang merasa terinspirasi untuk menegakkan kekhilafahan Islam di negara di mana ia tinggal. Apakah itu bukan HALUSINASI Tingkat Tujuh namanya…?! Sakjane AJARAN ISLAM atau AJARAN AGAMA itu apa sih yang ada dalam benak mereka…?!
Umat Islam saat ini benar-benar dirusak dan dicekoki oleh pemikiran-pemikiran yang sangat halusinatif, out of date, dan destruktif, alih-alih konstruktif dan progresif. Lha wong sistem khilafah ala Tahririyah yang di negara asalnya sendiri GAGAL TOTAL dan DILARANG kok malah dibawa ke negara kita yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur ini…! Ustad, ulama, kyai, cendekiawan macam apakah mereka kok berpikirnya begitu halusinatif, mundur, dan destruktif seperti itu?
Fakta politik umat Islam pada masa ini secara mayoritas tidak menerima khilafah. Hampir seluruh dunia Islam menolak khilafah. Lha wong Turki saja yang dulunya adalah negara yang menggunakan sistem kekhalifahan TIDAK MAU kembali ke sistem khilafah. Emoh tenanan…! Bahkan Turki menetapkan diri sebagai NEGARA SEKULER. Arab Saudi apalagi. Lha wong benderanya Hizbut Tahrir yang diaku sebagai ‘Bendera Tauhid’ itu saja dilarang ada di negaranya. Piye toh iki…?! Kok Arab Saudi yang core of the core, pusatnya pusat Islam, malah MELARANG ‘bendera tauhid’ di negaranya? Ya karena mereka sangat paham bahwa tidak ada namanya ‘bendera tauhid’ itu dan itu adalah bendera organisasi Hizbut Tahrir yang dilarang keras di Arab Saudi.
Sistem khilafah sama sekali bukan solusi dan bahkan masalah besar karena dapat mengganggu eksistensi negara dan solidaritas kebangsaan. Hal ini disebabkan karena HTI secara eksplisit mengafirkan nasionalisme dan sistem negara-bangsa. Imam Besar Al- Azhar Mesir Syekh Ahmed Tayyeb menyatakan bahwa mendirikan khilafah adalah upaya membuang-buang waktu. Bukannya umat dan negara Islam menjadi maju malah mundur berabad-abad. Bukan hanya itu, Syekh Ahmed Tayyeb juga berpandangan bahwa sistem khilafah berpotensi menimbulkan konflik dan perseteruan di tengah umat Islam. Konteks umat Islam saat ini sudah berbeda seratus persen dengan konteks umat Islam di masa lalu. Kecenderungan mereka mengafirkan yang tidak menerapkan sistem khilafah menjadi persoalan serius karena dapat memecah belah umat Islam. Apalagi di negara kita yang secara bulat sudah menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, dan demokrasi sebagai sistem untuk memilih pemimpin di lembaga legislatif dan eksekutif.
Jadi kalau ada yang nggedabrus bahwa para pengasong khilafah tidak akan menggunakan kekerasan untuk mendapatkan kekuasaan maka tolong jangan dipercaya.Hanya orang tolol yang mau terjatuh ke lobang yang sama sampai berkali-kali meski sudah diingatkan. Anda jelas tidak termasuk orang tolol tersebut, kan? Anda bisa lihat bahwa saat ini ada tiga kelompok pengasong khilafah yang masih eksis, yaitu Al-Qaedah, ISIS, dan Hizbut Tahrir. Mereka semua menggunakan kekerasan untuk mendapatkan kekuasaan. Hizbut Tahrir ditengarai terlibat dalam beberapa kudeta di Timur-Tengah. Menurut Musa Kaylani (2014), pada dekade 60-an aktivis Hizbut Tahrir terlibat dalam kudeta di Jordania dan dekade 70-an di Tunisia. Pada 1974 juga para aktivis Hizbut Tahrir terlibat dalam kudeta di Mesir.
Dalam konteks keindonesiaan, mengusung sistem khilafah dapat mengancam soliditas dan solidaritas kebangsaan karena kita sudah memilih Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai konstitusi, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan untuk penyatuan keragaman bangsa. Oleh sebab itu penolakan kasasi oleh MA terhadap upaya gugatan HTI kepada pemerintah ini patut kita syukuri dan perkuat dengan melarang total PEMIKIRAN HALUSINATIF ini dikembangkan di negara kita. Mbok ya kayak negara-negara lain yang sudah lama melarang dan bahkan menangkapi para pengasong khilafah di negaranya masing-masing. Pada 2009 lalu, kepolisian Turki menangkap hampir 200 anggota yang dicurigai sebagai anggota HT. Ini baru dicurigai lho, belum nyata-nyata mengaku sebagai anggota HT. Di Indonesia ini kayaknya kok klemar-klemer dan gak jelas sikapnya.
Mau nunggu momen apa lagi, Bro….?!
Surabaya, 25 Agustus 2020
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com