
Seorang teman bilang bahwa anaknya yang baru lulus sarjana langsung ditawari bekerja di perusahaan IT oleh dosennya. Maklum dia anak pintar dan lulus cumlaude. Minggu ini dia sudah harus ke Jakarta karena minggu depan sudah harus langsung bekerja.
“Alhamdulillah….!” Kata teman-teman yang lain.
Tak ada kabar yang lebih menyenangkan selain mendengar bahwa anak-anak kita akhirnya bisa bekerja di bidang yang ia pelajari di kampusnya selama ini. Saya jadi ingat seorang teman yang bercerita bahwa anaknya yang sudah lulus dua tahun yang lalu sampai sekarang belum juga dapat pekerjaan dan masih juga tinggal bersama orang tuanya. Dia berharap bisa diterima di Pemda dan sudah dua kali tes masih tetap gagal.
“Ya sabar saja”, kata teman-teman yang lain menghibur. “Insya Allah nanti akan dapat kesempatan.”
“Kalau kamu, Din? Piye kabar anakmu yang katanya drop-out dan tidak meneruskan kuliahnya?” tanya teman-teman pada Udin.
“Alhamdulillah juga sekarang dia sudah buka usaha warung lesehan sama teman-temannya,” jawab Udin.
“Syukurlah kalau begitu,” jawab teman-teman.
“Warungnya ngemper di toko orang lain kok. Nunggu tokonya tutup baru dia buka lesehannya. Tapi sudah ada cabangnya juga di daerah Surabaya Selatan,” tambah Udin. Dia agak malu-malu.
“Lha kalau buka cabang apa dia kerjakan sendiri?” tanya saya kepo.
“Ya, enggaklah. Dia punya anak buah tiga orang.” Jawab Udin.
“Wah, kalau begitu itu namanya ‘Double Alhamdulillah’”, kata saya dengan gembira.
“Emang kenapa kok sampai dobel?” tanya Udin heran.
“Anakmu itu jelas sekali telah membuat dirinya mampu berdiri di atas kakinya sendiri tanpa harus menunggu lowongan atau tawaran pekerjaan orang lain. Itu sifat mandiri yang sangat saya kagumi. Bayangkan kalau hampir semua anak dan pemuda bersikap seperti anakmu. Insya Allah Indonesia bisa jadi negara seperti Singapura yang memiliki tingkat wirausaha yang tinggi dan maju. Selain bisa membuat dirinya mandiri dia juga bisa mengajak tiga orang lain untuk ikut bekerja dengannya. Dia mampu memberi pekerjaan dan penghasilan bagi orang lain. Itu bagi saya nilainya jauh lebih tinggi ketimbang keterima jadi ASN. Anakmu tidak menjadi beban bagi bangsa dan negara tapi justru menjadi solusi dan berkah bagi orang lain.”
“Isok ae awakmu iki…!” jawab Udin malu-malu tapi senang. 😁
Saya punya dua keponakan perempuan yang bekerja di lembaga negara asing dengan gaji tinggi. Mereka berdua lulusan LN. Hidupnya jelas nyaman dan mereka sering dinas ke mana-mana dibiayai kantornya. Tapi ada satu saudarinya yang juga lulusan LN tapi lebih suka membuka resto di Jogya. Dia punya beberapa karyawan yang membantunya. Namanya usaha ya kadang naik kadang turun. Apalagi semakin hari semakin banyak rumah makan yang buka di sepanjang jalan di mana dia buka usaha. Persaingan rumah makan sekarang ini sungguh ketat dan banyak wirausahawan yang berguguran karena kalah bersaing. Dia jelas lebih empot-empotan kerjanya ketimbang dua sudaranya yang anak kantoran dan jelas gajiannya. Selain memikirkan dirinya dan bisnisnya ia harus memikirkan nasib karyawan-karyawannya. Setiap waktu gajian ia harus punya uang untuk membayar gaji mereka. Bayangkan kalau rumah makannya sepi dan tidak ada pemasukan yang memadai untuk itu. Ia pasti jumpalitan untuk memenuhi kewajibannya. 🥴
Untuk keponakan saya yang bisa menggaji karyawannya ini saya memiliki rasa kagum dan bangga tersendiri. 🙏
“Dua jempol untukmu, Nak!” kata saya dalam hati. 👍
Surabaya, 3 Februari 2023
Satria Dharma
NB : Nama resto keponakan saya tersebut adalah “Legit, Dapur & Kebun”. Lokasinya di Jl Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur, Sleman, Jogyakarta. Restonya sangat nyaman dan masakannya luar biasa enak. Trust me…!