
Pagi ini bacaan Alquran saya sampai di Surat Al-Hadid dan terpesona pada ayat 10. Begini terjemah artinya:
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang memiliki langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Saya tidak menemukan asbabun nuzulnya tapi ayat ini berbicara tentang berinfak atau menyedekahkan harta di jalan Allah dan berperang sebelum penaklukan Makkah.
Tiba-tiba saja saya teringat dengan apa yang dilakukan oleh keluarga almarhum Akidi Tio, pengusaha keturunan China asal Aceh yang menyumbangkan uang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. “Semasa hidupnya almarhum Akidi selalu berpesan kepada anak dan cucunya untuk memberikan kepedulian kepada sesama. Semua anak almarhum menjadi pengusaha, amanah inilah yang diteruskan oleh anak-anaknya,” ujar Prof dr Hardi Darmawan, dokter keluarga almarhum Akidi saat menyerahkan sumbangan di Mapolda Sumatera Selatan, Senin (26/7/2021).
Saat ini kita masih dan sedang berperang melawan pandemi Covid 19 dan kita masih berdarah-darah menghadapinya. Bantuan dana bagi warga yang terdampak jelas sangat dibutuhkan di saat perang seperti ini. Tidak bisa tidak saya langsung menghubungkan apa yang dilakukan oleh keluarga dermawan ini dengan ayat Alquran yang saya baca. Sementara ini saya belum bisa bersedekah seperti keluarga Akidi Tio dan baru bisa menghubung-hubungkan antara apa yang saya baca dan praktik yang dilakukan orang di dunia nyata.
Akidi Tio telah almarhum tapi pesannya kepada anak dan cucunya agar tetap menjadi orang-orang yang dermawan, apalagi di saat yang sangat dibutuhkan seperti saat ini, jelas sangat dipatuhi oleh anak cucunya. Mewariskan harta yang sangat besar adalah sebuah kesuksesan. Hanya segelintir muslim yang bisa mewariskan harta yang bernilai trilyunan kepada anak cucunya. Bisa menjadi dermawan ketika kaya raya adalah kesuksesan yang lebih hebat. Muslim kaya raya dan dermawan sungguh sangat mengagumkan. Tapi bisa menjadikan anak dan cucu kita tetap dermawan ketika kita sudah tiada adalah kesuksesan besar yang sangat sulit diikuti oleh siapa pun. Angka sumbangan yang mencapai 2 trilyun sendiri sudah sangat sulit untuk disamai oleh siapa pun oleh warga Indonesia lain. Baru Akidi Tio yang saya ketahui. Benar-benar legend deh…!
Meski saya sangat rajin membaca Alquran dan selalu tergerak untuk menjadi seorang yang dermawan tapi saya sungguh tidak yakin bahwa jika saya punya harta sebanyak apa pun maka saya akan bersedekah sebanyak 2 trilyun di saat pandemi seperti ini. Harta sebanyak itu di masa pandemi seperti ini sungguh jauh lebih berharga. Kita juga cenderung menjadi lebih pelit di saat susah. Saya juga belum pernah membaca berita tentang orang yang rajin membaca Alquran (seperti saya), kaya raya dan memiliki seperempat saja jumlah kekayaan Akidi Tio, lalu bersedekah 500 M di saat pandemi ini.
Apakah Akidi Tio ini lebih sering membaca Alquran ketimbang saya ya…?!
Surabaya, 27 Juli 2021
Satria Dharma
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com/