Sebetulnya rencana jalan-jalan saya berikutnya adalah ke Laos. Saya bahkan sudah browsing perjalanan kesana, lihat rute, itinerary, dan baca-baca beberapa pengalaman orang lain yang sudah berkunjung ke sana. Saya merasa sudah punya bayangan jika mau jalan-jalan ke Laos. Tapi secara iseng saya browsing perjalanan ke Myanmar dan mendapatkan informasi bahwa ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Yangon (Rangoon) di Myanmar dengan harga tiket di bawah sejuta. Haah…! Edun…! Murah banget, pikir saya. 😄
Akhirnya saya browsing perjalanan ke Myanmar dan memutuskan untuk ke Myanmar saja dulu sebelum ke Laos nantinya. Saya bahkan berpikir untuk ke Myanmar dan Laos sekaligus dengan menjadikan Bangkok sebagai tempat transit. Soalnya saya tidak melihat adanya penerbangan langsung dari Myanmar ke Laos.
Kebetulan hari Minggu ini saya dapat undangan mantu dari teman SMP dulu yang saya hormati, Mas Aziz Bahalwan, yang akan mengawinkan anak pertamanya di Jakarta. Dia hubungi saya secara pribadi agar hadir pada acara mantunya tersebut. Mumpung di Jakarta kan sebaiknya kami berangkat ke Myanmar besoknya. Minggu ini kami punya waktu kosong sebelum kami ke Balikpapan karena kakak saya juga akan mantu. Ines Inayah, keponakan saya, akan menikah (lagi) di Balikpapan dan tentu saja kami harus hadir. Lha mosok orang lain mantu saja kami datangi tapi keponakan sendiri tidak datang. 😊
Jadi kami punya waktu mulai Senin sampai hari Jum’at karena acara mantu di Balikpapan adalah Sabtu pagi. Satu hal yang menjengkelkan adalah bahwa ketika saya sudah memutuskan untuk travelling ke Myanmar ternyata tiket murah dan langsung dari Jakarta ke Yangon sudah tidak ada. Lho kok ilang…?! 😯 Saya ubek-ubek tetap tidak ada. Yang ada justru tiketnya hampir dua kali lipat dan semuanya transit berjam-jam either in KL or in Singapore. Yok opo sih iki…! 😄
Tapi karena tekad saya sudah bulat akhirnya saya beli juga tiketnya. Toh saya sering bayar harga tiket lebih mahal dengan rute jauh lebih pendek. Ini artinya rencana untuk langsung ke Laos tidak bisa kami lakukan karena sempitnya waktu. Saya harus mengatur itinerary saya seefisien mungkin mengingat ini perjalanan yang lumayan jauh dan tidak ada penerbangan langsung. Saya mempelajari beberapa alternatif dan akhirnya memutuskan pakai Jetstar yang transit di Singapore baik berangkat mau pun pulangnya.
Satu hal lagi yg ikut menjengkelkan adalah bahwa harga dolar sedang melonjak ke Rp. 13.800-an. 😕 Tapi who cares? Memang tidak banyak sih artinya kenaikan sekian bagi orang yang kebelet jalan-jalan seperti saya. 😄
Mengapa saya ingin ke Myanmar (dulunya bernama Burma) dan Laos? Ada 10 negara yang tergabung dalam Persekutuan Negara-negara ASEAN dan dua negara tersebut adalah negara Persekutuan ASEAN terakhir yang belum saya kunjungi.
Berikut ini adalah itinerary yang telah saya susun bersama istri. Itinerary ini telah mengalami beberapa perbaikan setelah kami koreksi bersama. Kami sempat membuat beberapa kesalahan penempatan waktu dan pemesanan hotel. Terpaksa hotel yang sudah kami pesan kami batalkan meski pun ada biaya pembatalan. Lha wong pesan hotelnya di Mandalay sedangkan kami saat itu ada di Yangon. 😄
Day 1 Senin, 12 Maret 2018
Berangkat ke Myanmar dengan jadwal sbb : 12:35 – 15:25 Jakarta ke Singapura dan 17:30 – 18:55 Singapura – Yangon. Jadi ada waktu dua jam transit di Singapura. Tapi kami tidak perlu cemas karena kami menggunakan pesawat yang sama, yaitu Jet Star. Ini penerbangan yang paling murah dan paling pas jadwalnya. Sebelumnya saya coba penerbangan putus dan nyambung yang saya lihat lebih murah harganya. Saya lalu beli penerbangan Jakarta – Singapura. Tapi begitu saya pesan untuk Singapura – Yangon dan mau saya bayar ternyata harga tiketnya langsung melejit dua kali lipat. Edun…! Langsung saya batalkan dan tiket SING-RGN (Yangon) yang sudah saya bayar juga saya refund. Entah kapan dananya balik ke rekening saya.
Penerbangan ke Singapura dan Yangon lancar dan tepat waktu. Setibanya di luar bandara Yangon kami sudah langsung dijemput oleh Dr. Win Myat Aung staf SEAMEO CHAT yang merupakan kantor dibawah SEAMEO yang direkturnya adalah Pak Gatot HP. Pak Gatot sendiri markasnya di Bangkok. Kami langsung diantar menuju ke Hotel New Golden Forward di West Yangon. Saya sudah browsing beberapa hotel lain dan tiba pada keputusan untuk memilih hotel ini. Saya sengaja memilih kamar yang Deluxe agar dapat fasilitas yang lebih baik. Orang seusia saya rasanya berhak untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Beda seratus dua ratus ribu rupiah tidak perlu saya pikirkan. Bukankah Allah itu Maha Kaya? 😉
Kami mungkin akan langsung tidur dan tidak akan kemana-mana malam ini. We’re no nightcrawlers. Lha wong biasanya habis Isya’ saya itu langsung ngantuk seperti ada alarmnya. 😄
Sampai besok ya…
Yangon, 12 Maret 2018.