Saya jamin Anda tidak tahu di mana Estonia itu. Tapi kalau penasaran sila cek Google map. Estonia itu begitu kecil dan jauh. Jaraknya dari Indonesia adalah seperti dari satu ujung dunia ke ujung lainnya.
Saya jalan-jalan ke Gramedia Galleria Kuta kemarin dan nemu buku obralan berjudul “Kamu Indonesia Banget Kalau…” yang ditulis oleh Berit Renser, seorang cewek bule asal Estonia yang pernah dapat beasiswa belajar bahasa Indonesia di Surakarta dan kemudian tinggal lagi di Jogya. Begitu saya baca (sambil nunggu istri saya belanja bersama Si Sulung) saya langsung ngakak. Ini buku kok lucu banget ya…?! Saya langsung balik lagi ke Gramedia dan saya borong semua sisa buku yang ada.
Sejak dulu saya curiga bahwa sebenarnya makanan paling enak di dunia itu ya dari Indonesia. Meski pun pernah makan daging Wagyu yang harganya mahal gak mufakat itu saya tetap merasa rendangnya RM Sederhana dan Rawon Bu Kus Barata Jaya tetaplah numero uno. Tapi itu kan penilaian subyektif. Lha wong lidah saya made in Indonesia. Tapi setelah membaca pengakuan Berit ini saya langsung merasa ‘Aha…!’. Berit Renser, cewek Bule Estonia, yang lidahnya pasti ada stempel bulenya saja mengatakan bahwa makanan Indonesia itu luar biasa.
“Aku tidak pernah makan sekenyang dan seenak ini seumur hidupku. Aku bahkan makan nasi untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Beratku bertambah 10 kilo.”
Saya jadi ingat pernah ditanya oleh murid bule saya di Bontang soal apa sarapan saya. Ketika saya jawab ‘nasi goreng’ dia sangat heran. “Nasi goreng for breakfast?” tanyanya heran. What’s so special? Pikir saya. Lha wong itu nasi sisa tadi malam yang digoreng sama istri saya.
Banyak orang asing yang jatuh cinta pada Indonesia dan tidak mau balik ke tanah airnya. Mereka punya alasan masing-masing. “Orang Indonesia adalah manusia paling ramah yang pernah kujumpai.” Kata Berit. Ia begitu senangnya tinggal di Indonesia sampai ia akhirnya memutuskan untuk menambah masa tinggalnya di Indonesia setelah masa studinya habis. Sekarang ia bahkan tengah mendirikan biro perjalanan yang akan memperkenalkan Indonesia ke tempat-temat kesukaannya di Eropa, termasuk Estonia.
“Ada banyak hal yang menurutku patut dikagumi. Kupikir Eropa harus belajar banyak dari Indonesia – mulai dari keramahtamahan dan kepedulian terhadap orang lain, urusan keselamatan, berbaurnya semua penganut agama yang hidup bahagia saling berdampingan, serta kemudahan mendapatkan makanan di mana pun dengan harga yag sangat terjangkau.”
Segala hal yang bagi kita mungkin menjengkelkan dan bikin marah ternyata bisa menjadi hal yang menarik dan eksotis bagi bangsa lain. Kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas? Begini kata Berit.
“Dengan atau tanpa ironi, aku begitu jatuh cinta pada lalu lintas di Indonesia. Bagaimana tidak, di setiap jalan kamu bakal menemukan rupa-rupa mesin yang entah bagaimana caranya bisa berfungsi sebagai kendaraan: sepeda dengan tinggi tiga meter, vespa yang mirip kamar kos-kosan, sepeda motor berbentuk perahu, kotak-kotak ajaib beroda yang hanya berjarak lima sentimeter dari tanah, dan banyak lagi. Aku yakin Mas-mas bengkel mobil di Indonesia bisa jadi jutawan mendadak seandainya mereka ke Eropa – dan ini yang bikin patah hati mereka kebanyakan tak tahu cara menyetir”
Saya curiga jangan-jangan Berit ini sedang nonton pawai karnaval ketika menuliskan ini.
Ada banyak alasan mengapa banyak bule tinggal di Indonesia. Katanya di Indonesia orang bule diperlakukan bak raja. Seorang sopir truk di Eropa bisa jadi pengusaha kaya di sini, hanya karena orang Indonesia percaya ada sesuatu yang magis dari ‘bule’. Ada seorang Amerika yang memutuskan untuk tinggal di Indonesia selamanya. Ini alasannya.
“Tahu sendirilah. Di Amerika sana aku pasti bakal jadi jomblo seumur hidup. Aku pemalas, tidak punya bakat apa-apa, ngebosenin, gendut, dan gak menarik sama sekali. Mana ada cewek Amrik yang melirik? Tapi di sini aku seperti pangeran dari negeri dongeng. Semua cewek di sini… Oh my God…! Mendingan aku tinggal di sini daripada galau terus di sana.”
“Dulu aku datang sebagai mahasiswa dan rasanya tak ingin pergi dari sini. Aku seperti tinggal di surga saja.”
“Ngapain aku pulang ke Eropa? Di sana ukurang pisang yang boleh dijual saja diatur-atur. Di sini aku tinggal petik dari pohonnya langsung.”
“Orang Eropa mana yang tidak iri ketika kamu tinggal mengisi bensin dengan harga murah lalu melancong ke pantai, gunung, danau, candi, yang jaraknya cuma sejam dari rumah…?! Jika kamu posting fotomu di FB sedang berjemur di bawah pohon kelapa dan bersanding dengan minuman segar teman Eropamu pasti akan akan berkomentar, “Sialan lo, asyik banget tuh!” atau , “Arrrgh…, iri to the max!”
Dan saya ngakak lagi tanpa bisa saya tahan.
Salah satu hal yang unik bagi orang asing macam Berit yang datang dari negeri ‘ateis’ adalah begitu pentingnya urusan agama di Indonesia. Setelah lama tinggal barulah ia paham. “Kalau mau menikah dengan orang Indonesia – anyway, kalau kamu tidak beragama lebih baik pura-pura beragama supaya orang-orang di sekitarmu tidak bingung menghadapimu.”
“Di Indonesia, seks itu tabu. Dilarang bertamu malam-malam, apalagi berciuman di depan umum. Tapi dibalik itu ada banyak ironi. Anak-anak bisa nonton video porno di warnet. Di kios kaki lima orang bisa beli alat bantu seks dan Viagra dengan berkedok jamu peredam demam”
Berit pernah ditawari pekerjaan untuk jadi foto model telanjang justru ketika ia dan grup gamelannya pentas di Kementrian Pendidikan di Jakarta. Yang menawari mengaku sebagai pegawai stasiun TV terkenal. Berit waktu itu tepat di belakang Pak Menteri yang sedang diwawancarai TV tentang pentingnya mahasiswa asing, pertukaran kebudayaan, dan kecakapan budaya. “Nude modeling, you wanna? Big money, you famous star soon.” Demikian tawarannya. Mengingat kejadian itu ia tidak lagi terkejut jika Indonesia memiliki pusat pelacuran terbesar se Asia Tenggara (Sori, Berit! Kalau yang kamu maksud adalah Dolly, it’s gone now. Gak ada lagi karena sudah dilibas sama Bu Risma dan bukan oleh ormas Islam yang selalu gembar-gembor anti pelacuran). Tapi Berit tetap terheran-heran adanya pelacuran di atas kuburan (ini besar kemungkinan di makam Kembang Kuning Surabaya).
Saya sungguh kagum bahwa Berit, seorang cewek bule muda dan cantik, mau bertualang sampai ke makam Kembang Kuning dan mewawancarai para pelacur di sana. Bahkan ke Dolly pun saya ngeri.
Ada banyak hal yang ditulis oleh Berit dengan sangat kocak dan jenaka. Saya sampai terpingkal-pingkal membaca pengamatannya. Meski pun banyak hal yang dikulitinya dan bisa bikin kita merah padam karena malu tapi karena ia menulisnya dengan empati tanpa menghakimi dan dengan jenaka maka kita pasti akan ngakak membacanya.
Menurut Berit, kamu Indonesia banget kalau…
– Kamu suka berisik dan tanpa alasan membunyikan klakson, knalpot tanpa saringan, atau teriak-teriak di seberang jalanan.
– Kamu merasa kasihan melihat orang lain makan, belanja, atau melakukan apapun sendirian. Kamu juga benci privasi. Menurutmu privasi itu hanya untuk orang aneh.
– Menurutmu mi instan layak dimakan
– Kamu menilai wajar laki-laki yang merokok di dalam bus, mal, atau di ruangan yang penuh dengan anak-anak. Pada saat bersamaan, menurutmu perempuan yang merokok itu hina
– Takut matahari padahal kamu tinggal di daerah katulistiwa
– Menurutmu merokok dua bungkus dalam sehari adalah wajar, sedangkan seteguk alcohol itu berbahaya.
Dan banyak lagi hal unik yang ditemukannya. Dengan arifnya Berit mengatakan bahwa semakin sering ia menemukan kejadian unik ia menjadi semakin paham bahwa sebagian besar kesalahpahaman bukanlah karena orang Indonesia berprilaku ganjil, tetapi karena dirinya yang aneh.
Ia juga percaya bahwa tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk antara prilaku yang berbeda antara orang Indonesia dan ‘bule’. Kita semua hanya berbeda dan terkadang perbedaan mempersulit segalanya. Ia menutup bukunya dengan kalimat.
“Tapi aku belajar dari Indonesia bahwa segala sesuatu – seala hal di dunia ini – dapat diselesaikan dengan senyuman lebar yang legendaris itu.”
Dan saya pun ngakak kembali.
Buku ”Kamu Indonesia Banget Kalau …” ini tebalnya 203 halaman, diterbitkan oleh TransMedia Pustaka, dan dicetak pertama kali pada tahun 2013. Berit Renser bisa dihubungi di beritdiindonesia@gmail.com. Buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh para mahasiswa jurusan budaya dan bahasa asing karena mereka tentulah harus berhubungan dan berkomunikasi dengan bangsa lain dengan budaya yang berbeda-beda. Dengan membaca buku ini mahasiswa akan memiliki cakrawala pemahaman budaya yang luas dan lebih lentur dalam bersikap dan berprilaku. Buku ini cocok untuk dijadikan bacaan pada mata kuliah “Cross Cultural ‘Mis’Understanding”.
Surabaya, 8 Agustus 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com