Berikut ini adalah hasil studi dari riset psikologi yang dilakukan oleh Universitas Nebraska pada para tahanan perang Korea. Perang Korea ternyata adalah perang yang paling banyak membunuh tahanan tentara AS meski pun ditahan di kamp-kamp yang tidak dianggap kejam. Salah satu taktik untuk membunuh tahanan yang paling efektif meski pun tidak tampak kejam adalah dengan menghancurkan kejiwaan para tahanan.
Caranya adalah dengan menghancurkan motivasi mereka untuk bertahan hidup. Jadi mereka tidak disiksa tapi justru dibikin putus asa dan kehilangan gairah hidup. Nama penyakitnya adalah ‘mirasmus’ atau ‘kurangnya pertahanan, kepasifan’. Angka kematian perang kamp Korea Utara mencapai angka 38% – angka kematian tertinggi sepanjang sejarah militer Amerika Serikat.
Bagaimana cara menghancurkan mental para tahanan? Ada empat taktik utama yang digunakan. Pertama, menjadikan para tahanan saling bermusuhan. Dengan demikian tidak ada rasa kesetiakawanan lagi antara mereka karena hubungan mereka dihancurkan satu sama lain.
Kedua, membuat diri sendiri merasa tidak berharga dengan meminta mereka mengakui atau menceritakan kesalahan dan keburukan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka di depan para sesama tahanan. Dengan demikian kepercayaan dan harga diri mereka digerus sedikit demi sedikit.
Ketiga, MENGHILANGKAN KESETIAAN PADA ATASAN DAN NEGARA. Para prajurit diruntuhkan kesetiaan dan hormatnya pada atasan dan negara mereka. Tidak ada lagi rasa hormat dari para prajurit pada atasan mereka atau pun pada negara. Jadi ketika ada kolonel yang mengingatkan anak buahnya untuk tidak minum air dari sawah karena sudah tercemar maka sang prajurit akan menolak mematuhinya karena tidak ada lagi kepangkatan yang perlu dipatuhi.
Keempat, menyembunyikan hal-hal positif dan membanjiri mereka dengan berita-berita negatif. Dengan demikian para tahanan ini akan merasakan hidupnya tidak lagi berharga dan merasa tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dalam hidup ini.
Taktik ini berhasil membuat para tahanan menjadi putus asa dan tidak memiliki keinginan hidup lebih lama. Begitu semangat hidup mereka hancur maka tak lama kemudian mereka akan mati tanpa penyakit yang jelas. Semua kisah ini bisa dibaca pada buku ‘HOW FULL IS YOUR BUCKET’ karya Tom Rath dan Donald O. Clifton PhD. Buku setebal 130 halaman ini termasuk New York Times #1 Bestseller.
Apa hubungannya dengan HTI? Tidakkah Anda melihat betapa miripnya strategi tentara Korea Utara ini dengan strategi HTI? Pertama, mereka mendorong sesama warga muslim untuk bermusuhan dengan menuduh mereka mengikuti pemerintahan thagut dan nantinya mereka akan dianggap mati kafir. Kedua, membuat umat Islam Indonesia merasa tidak berharga dan bersalah karena tidak berjuang menegakkan khilafah. Umat Islam diajarkan untuk kufur terhadap nikmat kemerdekaan dan berdirinya bangsa dan negara NKRI karena bukan berbentuk khilafah.
Strategi ketiga adalah yang paling menyolok, yaitu MENGHILANGKAN KESETIAAN PADA ATASAN DAN NEGARA. Bahkan lebih daripada itu, warga muslim Indonesia diajak untuk melakukan makar pada bangsa dan negaranya sendiri dengan menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara thagut yang tidak layak untuk diikuti dan patut ditentang. Hal ini menyebabkan warga muslim Indonesia kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya pada pemerintah, bangsa dan negaranya.
Strategi keempat adalah strategi yang terus menerus mereka lakukan, yaitu dengan mendiskreditkan pemerintah dengan terus menerus memberitakan hal-hal buruk tentang kepemerintahan dalam sistem demokrasi. Tak pernah sedikit pun ada hal yang baik dari pemerintah, bangsa dan negara Indonesia yang berazaskan demokrasi dan yang ada hanyalah keburukan dan kemungkaran. Umat Islam diberi kesan bahwa hidup di alam demokrasi adalah sebuah kesalahan dan dosa yang tidak ada harganya.
Apa yang paling buruk dari itu? Justru karena mereka menggunakan kedok dakwah dan agama yang mereka selewengkan untuk menipu umat yang tidak sadar akan keburukan yang mereka sebarkan. Mereka menggunakan kedok sebagai organisasi massa padahal apa yang mereka lakukan adalah kegiatan politik untuk mengkhianati perjuangan bangsa demi sebuah ideologi politik dari negara asing yang di negara asalnya pun mereka ditolak dan dilarang.
Jadi tidak perlu lagi segan-segan untuk melarang organisasi politik asing berkedok ormas ini demi keamanan, persatuan, dan kesatuan bangsa dan umat Islam itu sendiri.
Wallahu a’lam bissawab
Argo Bromo Anggrek Surabaya-Semarang, 15 Juli 2017
BAHAYANYA ORGANISASI POLITIK HTI
Negara-negara di bawah ini jelas tidak mau beresiko dengan membiarkan faham khilafah yang sesat itu tumbuh di negaranya. Indonesia juga harus segera melarang organisasi ini tumbuh semakin besar karena kita telah melihat begitu banyak kerusakan yang diakibatkannya.
Salah satu hal buruk yang dilakukan oleh orang-orang HTI adalah mereka secara konsisten, sistematis, dan terstruktur mengembangkan kultur negatif pada masyarakat, khususnya umat Islam. Mereka selalu menyatakan bahwa umat Islam yang hidup di negara Indonesia yang thagut akan mati kafir. Padahal mereka sendiri hidup di Indonesia yang mereka tuding sebagai negara thagut. Tak ada sedikit pun kebaikan pemerintah di mata orang-orang HTI.
Sementara itu mereka meninggikan diri mereka dengan mengaku-ngaku menegakkan perintah agama utk mendirikan khalifah. Merekalah para pejuang agama yang kaffah sedangkan yang tidak ikut mereka adalah umat yang akan mati kafir. Semua orang dan pemerintahan adalah batil kecuali mereka yang berada di jalan perjuangan menegakkan khilafah. 😉
Orang-orang HTI memfokuskan dirinya untuk MENCARI-CARI KESALAHAN PEMERINTAH dan menyebar-nyebarkannya pada semua umat Islam. Mereka fokus mengembangkan psikologi dan kultur negatip pada umat Islam agar mereka membenci pemerintah dan negaranya sendiri yang mereka cap thagut. Dan semua itu mereka bungkus dengan manipulasi dakwah agama. Mereka secara sistematis berupaya menghilangkan kesetiaan umat Islam pada bangsa dan negara mereka.
Bagi mereka yang paham soal agama dan sejarah Islam tentu dengan mudah melihat betapa manipulatifnya mereka dengan psikologi dan kultur negatif yang mereka sebarluaskan tersebut. Coba pikir, dakwah macam apa yang disebarluaskan dengan mencari-cari kesalahan pemerintah dan umat Islam lainnya dengan mencap mereka sebagai thagut? Bukankah dakwah itu harus muhasabah dan upaya untuk mengajak pada kebaikan? Apa mungkin HT akan ditendang dan dibrangus di berbagai negara Islam jika mereka benar-benar berdakwah demi kebaikan sebagaimana Rasul dan para sahabatnya?
Jadi waspadalah terhadap organisasi politik asing yang berkedok organisasi massa dan mengaku-ngaku berdakwah agama ini. Mereka adalah virus yang sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi umat Islam.
Semarang, 16 Juli 2017
Satria Dharma
satriadharma.com