April 25, 2024

0 thoughts on “Poligami : Wanita juga ingin

  1. POLIGAMI= Nikahi Janda beranak Yatim

    Poligami dalam Islam bukanlah didasarkan pelepas syahwat tetapi sesuai dengan maksud Ayat 4/3 hanyalah untuk kestabilan hidup anak yatim dan ibunya yang janda.

    Perbantuan terhadap janda beranak yatim lebih efektif jika disalurkan melalui poligami daripada melalui Baitul Maal atau jawatan yang membiayai hidup fakir miskin.

    Dan sayangnya, tradisi poligami yang berlaku selama ini dalam masyarakat Islam bukan berdasarkan Ayat 4/3 tetapi poligami bebas sembarangan yang karena salah paham telah menimbulkan sikap sekuler dalam diri perempuan bahkan juga membuka jalan bagi usaha emansipasi.

    Selengkapnya klik di bawah:

    http://myquran.org/forum/index.php/topic,11911.0.ht

  2. Membunuh atas nama agama. Kekerasan juga atas nama agama. Poligami atas nama Alloh dan nafsu, membuat para kyai, ulama dan tokoh-tokoh muslim lainnya berulah nakal dan cabul. Padahal jelas sekali bahwa poligami merendahkan derajat wanita.

    Kenapa menjadi begini?

    Waktu jaman Majapahit, nusantara makmur dan jaya. Orang kita berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.

    Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia adalah negara pemasok jemaah haji yang terbesar di dunia). Bangsa Arab ini memang hebat sekali karena telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa untuk mereka sendiri. Sedangkan situasi ekonomi negara kita dalam keadaan yang sangat parah. Imperialisme Arab ini memang sangat kejam. Turun-temurun sampai anak-cucu, tidak tahu sampai kapan, nusantara diharuskan membayar “pajak” kepada Imperialisme Arab ini dengan alasan: kewajiban menjalankan rukun Islam.

    Kenapa kebudayaan kita yang luhur ini sedang dibarter dengan sistim hidup Arab? Padahal peradaban Jawa jauh lebih tinggi dari pada yang di Arab.

    Bagaimana caranya supaya kita kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

  3. Membunuh atas nama agama. Kekerasan juga atas nama agama. Poligami atas nama Alloh dan nafsu, membuat para kyai, ulama dan tokoh-tokoh muslim lainnya berulah nakal dan cabul. Padahal jelas sekali bahwa poligami merendahkan derajat wanita.

    Komentar : Derajat wanita mana yang Anda maksud? Bukankah di negara mana pun terjadi ‘poligami’ tanpa perkawinan yang sah?

    Kenapa menjadi begini?

    Waktu jaman Majapahit, nusantara makmur dan jaya. Orang kita
    berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.

    Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan
    Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia adalah negara pemasok jemaah haji yang terbesar di dunia). Bangsa Arab ini memang hebat sekali karena telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa untuk mereka sendiri. Sedangkan situasi ekonomi negara kita dalam keadaan yang sangat parah. Imperialisme Arab ini memang sangat kejam. Turun-temurun sampai anak-cucu, tidak tahu sampai kapan, nusantara diharuskan membayar “pajak” kepada Imperialisme Arab ini dengan alasan: kewajiban menjalankan rukun Islam.

    Komentar : Kenapa menyalahkan Arab? Negara Arab tidak pernah memerintahkan siapa pun untuk datang ke negaranya. Sama seperti orang Bali yang tidak pernah memerintahkan siapa pun untuk datang ke pulaunya.

    Kenapa kebudayaan kita yang luhur ini sedang dibarter dengan sistim
    hidup Arab? Padahal peradaban Jawa jauh lebih tinggi dari pada yang di
    Arab.

    Komentar : Anda ngomong apa sebetulnya? Coba pikir dulu baik-baik sebelum bicara.

    Bagaimana caranya supaya kita kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

    Komentar : Salah satunya dengan berpikir lebih dahulu sebelum bicara. 🙂

  4. Di Forum Religiositas Agama, saya menemukan artikel yang menarik sekali. Ini situsnya: http://hatinurani21.wordpress.com/

    MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?

    Pengantar

    Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis (lebih aman jadi pegawai).
    Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini (2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. (mohon dibaca artikel yang lain dulu, sebaiknya sesuai no. urut)

    Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terusmenerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
    – Bs. Belanda selama 300 tahunan
    – Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
    – Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
    – Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.
    – Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).

    Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
    Gerilya Kebudayaan
    Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak (petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
    – Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
    – Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.
    – Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
    – Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
    – Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.
    – Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya pinjaman, misalnya lewat bank syariah.
    – Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.
    – Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!
    – Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
    – Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!
    – Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ, dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
    – Dengan halus, licik tapi mengena, mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing!
    – Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi. “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).

    – Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!
    – Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!

    – Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit, yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!
    Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa
    Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:
    – Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
    – Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.
    – Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi bangsa konsumen dan perakit.
    – Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
    – Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?
    – Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!
    – Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.
    – Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai krisis yang dialami bangsa ini.

    Penutup

    Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama. Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.

    Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence) yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.

  5. Artikel ini menarik sekali. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/

    AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI

    Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

    Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

    Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).

    Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.

    Agama bumi dan agama langit.

    Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:

    “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)

    Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.

    Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).

    Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?

    Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).

    Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

    Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.

    Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.

    Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?

    Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.

    Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.

    Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.

    Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.

    Masalah wahyu

    Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.

    Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.

    Pertama, kesalahan mengenai fakta.

    Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.

    Kedua, kontradiksi-kontradiksi.

    Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir

    Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.

    Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.

    Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.

    Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.

    Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

    Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).

    Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?

    Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

    Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.

    Kesimpulan.

    Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.

    Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.

    Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.

    (Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).

    Catatan kaki:
    I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
    2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
    3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
    4). Ibid hal 720.

  6. Memang satu-satunya agama yang dibela oleh pemerintah adalah agama Islam.

    Sikap pemerintah seperti ini sangat berbahaya.

    Resikonya adalah:
    Bagi umat Islam yang anti pemerintah, hal ini adalah peluang yang sangat bagus untuk menentang pemerintah. Umat muslim tidak usah menunggu pemilihan umum untuk menentang pemerintah yang sekarang.

    Kalau umat muslim mau menentang pemerintah yang sekarang, cukup dengan meinggalkan agama Islam untuk memeluk agama lain selain Islam. Meninggalkan agama Islam berarti anti pemerintah yang sekarang. Reaksi ini lebih ampuh dari pada menyoblos di pemilu. Hasil penghitungan suara di pemilihan umum bisa direkayasa dan dicurangi. Tetapi meninggalkan agama Islam ke agama lain adalah reaksi yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah. Dan pemerintah nanti hanya bisa gigit jari.

    Inilah resiko yang dihadapi oleh pemerintah yang kerjanya hanya membela agama Islam.

  7. Antara manusia, Cinta, dan Tuhan YME

    Mungkin kita tdk pernah menyadari akan apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita ucapkan selama hidup ini.

    Sejak kita dilahirkan kita mengalami berbagai bentuk fase kehidupan, dan cederung kita tak pernah tauh kemana arah tujuan hidup kita yang sesungguh.

    Kita sadar bahwa kita hidup hanya sementara, tapi kita juga sadar bahwa dalam kehidupan di dunia ini kita tak ingin melewati begitu saja.

    Begitu banayk keindahan, kebahagiaan dalam bathin yang ingin kita raih;

    Tapi untuk apa semua itu kita dapatkan…?

    Setiap manusia mengalami berbagai problematika kehidupan yang sangat rumit, dari masalah ekonomi, percintaan, sampai mencari Tuhannya..!

    Coba kita renungkan kembali bahwa segala sesuatu yang ingin kita peroleh dalam hidup ini sebenarnya sangatlah mudah, dari apa yang kita bayangkan…

    Kita terlahir dimuka bumi ini jelaslah sudah diawasi, diamati dan didengarkan apa yang ingin kita inginkan.

    Tapi kita pernah memintanya….

  8. Poligami………..
    Pembicaraan menarik yg tidak pernah ada hentinya.
    Ketika ada alim ulama yg terkenal itu berpoligami sungguh santer dibicarakan masyarakat bahkan sampai pemerintah.
    Tentu ada yg pro&kontra. Tapi saya percaya kebanyakan wanita memilih KONTRA. Poligami BUKAN satu-satunya jalan menuju surga. Banyak pintu menuju surga dengan jalan yg lebih indah bukan dengan mengorbankan perasaan kita. Ketika telah terucap janji pernikahan untuk mengarungi kehidupan bersama, kita harus tahu kalau itu perjanjian antara kita dg pasangan kita dan Tuhan tentunya.
    Adil dalam poligami itu TIDAK MUNGKIN. Karena cinta itu sendiri tidak bisa dibagi secara adil.
    Jangan jadikan nafsu untuk berpoligami!

  9. BAGI NON MUSLIM DAN MUSLIM/MUSLIMAH YG KURANG ILMU – SILAHKAN SAJA BENCI, MUAK, MENCACI DSB.

    BAGI YG MUSLIM/MUSLIMAH YG INGIN MENGIKUTI AL QUR’AN DAN HADIST – SILAHKAN SAJA BACA BIOGRAPHI PARA SAHABAT NABI, TABIIN, AHLI FIKIH, PEMUKA SUFI DLL. MEREKA JUGA POLIGAMI TUH! APA MEREKA SALAH TAFSIR? APA MEREKA MEMANJAKAN NAFSU DAN JAUH DARI HIDUP ZUHUD?

  10. Waktu itu aku sedang bete abis. Pacar gak punya, judi kalah mulu, anak lagi ogah bermalam minggu ama gue. Bengong punya bengong, I decided to get into the chatroom pakai ID sumedang_man747. Kali aja bisa ngerjain cewek cewek.
    Masuklah daku ke chatroom yang sedang membahas polygamy. Yang pro and contra maki makian sampe bawa bawa orang suci masing masing. Ada chatter yang mengaku umat Budha ngatain nabi Muhammad sebagai womanizer. Kemudian seorang chatter yang mengaku muslim bilang, “Heh, bilangin sama Budha elu tuh kenapa nggak exercise. Udah gembrot, botak lagi. Liat tuh Yesus, langsing dan rambutnya panjang kayak rocker.
    Buset, dalem atiku. Nih bangsa kapan sempat ngurusin banjir di Jakarta kalo brantem mulu?So anyway, some folks asked my opinion about polygamy. Aku jawab dengan jawaban stereotype laki laki.
    “Polygamy itu solusi. Lebih baik ber Polygamy daripada melacur”.
    Wah. Kontan semua menyerang aku. Ada yang bilang dasar aku nggak bisa menahan libido lah, ada yang bilang aku sex maniac lah, ada yang bilang aku ini mata keranjang dengan menggunakan polygamy untuk menyembunyikan hasrat sex ku yang tak terbendung. Buseeet, abis gue dimaki para cewek yang mengaku prihatin terhadap sesama wanita. Belum lagi dimaki oleh laki laki penentang polygamy. Aku kemudian dinasehati untuk menghargai wanita dalam susah dan senang, dalam sakit dan sehat. Menasehati saya supaya sensitive terhadap perasaan wanita yang tidak mau kekasihnya dibagi. Aku gak kasi komentar.
    Beberapa orang menantang aku untuk masuk Voice Chat (VC). Katanya dia capek ngetik terus. Katanya jarinya udah keriting dari tadi ngetik terus. Dia bertanya, “Kenapa kamu anggap diri kamu lemah sehingga kamu bilang kamu setuju polygamy untuk sebagai solusi? “Memang kerjaan kamu apa sih? Kamu kaya sedikit aja udah berpikiran sanggup punya istri lagi”.
    Akhirnya saya menjawab. “Saya seorang janda ditinggal mati. Saya punya anak 4. Saya seorang pelacur. Setiap hari saya selalu berharap agar ada lelaki yang mau menjadikan saya sebagai istri mudanya karena saya sudah lelah melacur supaya anak anak saya hidup”. Polygamy bagi saya adalah solusi yang jauh lebih baik dari melacur.
    Silence in the room.

    Martha Rumimper

    Saya suka tulisan Martha ini. Menimbulkan inspirasi (entah buat orang lain). Ini contoh dari hal yang saya percayai, yaitu bahwa kita memang tidak bisa mengklaim kebenaran karena kita tidak tahu semua fakta yang ada (atau kita tidak bisa melihat gajah secara utuh, kata Anton). Ada cerita yang menarik untuk itu.
    Suatu ketika di sebuah kereta api yang penuh dengan penumpang ada seorang bapak dengan tiga anaknya yang ikut di kereta tersebut. Ke tiga anak tersebut sangatlah ributnya. Mereka berteriak-terak, saling dorong, berlari kesana kemari dan bertingkah sangat menyebalkan bagi penumpang lainnya. Penumpang lainnya jelas sekali sangat terganggu dengan ketiga anak tersebut tapi mereka tidak berusaha menegur anak-anak tersebut. Mereka berharap agar bapaknya sendirilah yang hendaknya menegur mereka. Bukankah anak-anak tersebut adalah tanggung jawabnya? Lagipula semestinya si bapak paham bahwa prilaku anak-anaknya tersebut sangat mengganggu penumpang lain yang ingin beristirahat di kereta. Tapi nampaknya si bapak tidak perduli dengan tingkah laku anaknya yang membuat onar tersebut. Ia mendiamkan saja tingkah laku anaknya dan seolah tidak perduli dengan sikap penumpang lain yang menunjukkan wajah kesal terhadap tingkah laku mereka.
    Akhirnya seorang penumpang tidak tahan lagi. Ia segera menghampiri si bapak dan memintanya agar menenangkan anak-anaknya karena telah mengganggu penumpang lain. Penumpang lain merasa senang karena pada akhirnya ada seseorang yang bersedia untuk menyampaikan betapa terganggunya mereka dengan tingkah laku anak-anak tersebut.
    Si bapak menghela napas panjang, memandang wajah para penumpang dan kemudian berkata,:”Saya mohon maaf atas tingkah laku anak-anak saya ini. Saya tahu bahwa tingkah laku mereka mengganggu Anda sekalian. Tapi saya tidak tega menghardik atau memperingatkan mereka karena mereka baru saja mengalami peristiwa yang berat. Ibu mereka baru saja meninggal dan kami baru saja menguburkannya. Mungkin mereka masih sangat kehilangan dan bertingkah seperti ini. Saya tidak tega menegur mereka”
    Silence in the train.
    (Kalau mau dibikin dramatik cerita bisa diteruskan dengan beberapa penumpang yang semula ingin sekali menjewer telinga anak-anak tersebut justru kemudian menjadi simpati dan ingin mengelus-elus kepala si anak)
    Apa moral dari cerita ini? Kita tidak selalu tahu keseluruhan realita untuk dapat menghakimi bahwa apa yang kita yakini sebagai suatu kebenaran adalah ‘the real and only truth’
    Saya ambil kasus Poso (ini kasus nyata dan perlu kita jadikan tempat untuk belajar). Apa yang kita ketahui tentang Poso adalah mungkin seperti apa yang diketahui oleh penumpang di kereta tersebut. Kita merasa terganggu, marah, mual, ingin menegakkan ‘hukum dan keadilan’ sekeras-kerasnya, dll. Pertanyaannya, apakah kita sudah mengetahui realita sebenarnya? Apakah kita sudah bisa merasakan Poso seperti orang Poso merasakannya sehingga kita kok berani-beraninya menganggap bahwa pendapat kita pastilah benar dan orang lain pastilah salah? Jika apa yang kita inginkan untuk dilakukan dan benar-benar dilakukan, apakah tindakan itu adalah tindakan yang paling tepat dan adil? ‘Tepat dan adil’ berdasarkan siapa? Apakah kita punya hak untuk menentukan tindakan yang ‘tepat dan adil’ tersebut? Apakah kita lebih tahu fakta dan realita sebenarnya ketimbang orang Poso itu sendiri? Who are we to judge?
    Satu hal yang perlu dipahami oleh para milist yaitu bahwa apapun yang kita diskusikan dan pertengkarkan di milis ini (termasuk kasus Poso), jika menyangkut realita maka itu hanyalah realita kita sendiri. It has nothing to do with kasus Poso itu sendiri. Realita kasus Poso itu terpisah sama sekali dengan realita kita di milis ini. So tidak perlulah merasa bahwa pendapat kita akan mempengaruhi realitas di Poso. Itu namanya berilusi.
    Bagaimana mungkin kita akan bersikap adil terhadap apa yang terjadi di Poso jika dari jarak begitu jauh saja kita sudah tidak mampu mendengar fakta dan realita dari pihak atau kelompok yang ‘tidak kita sukai’? Baru mendengar ‘pembelaan’ dari saya saja Anda sudah berang, meradang, mencaci, dan ingin men’delete’ saya? Bayangkan kalau Anda berada pada situasi ‘kelompok putih’ dan sehari-hari mengalami realitas mereka. Anda tentu akan berpendapat berbeda. Haqqul yakin. ?

    Cerita Martha yang cerdas tersebut menunjukkan bahwa pendapat : “Polygamy itu solusi. Lebih baik berpolygamy daripada melacur”. Itu bisa sangat benar dan terbukti mampu ‘membunuh’ semua pendapat yang menentang pernyataan tersebut di chat room ketika mereka tahu realita dari pernyataan tersebut.
    Itu juga alasan mengapa saya tidak menentang poligini. Ada situasi-situasi yang justru akan membuat poligini menjadi sangat rasional dan dianjurkan. Nabi Muhammad mempraktekkan poligini dengan realita yang dihadapinya. Yaitu ketika banyak janda-janda korban perang yang perlu dilindungi dan dinafkahi. Kenapa harus dikawini? Karena itu realita yang ada pada waktu itu. Nabi Muhammad tentu lebih tahu realita yang ada di masa dan komunitasnya ketimbang kita yang sok tahu ini. Apakah ini lantas menjadikan poligini sebagai ‘ajaran’ atau istilahnya ‘sunnah (sesuatu yang baik dari nabi untuk dikuti)? Tentu saja ya, dengan syarat bahwa kita menghadapi realita yang sama dengan yang dialami nabi Muhammad. ? Bagaimana dengan kasus Aa Gym? Silakan nilai sendiri apakah Aa Gym menghadapi realita yang sama, atau minimal mendekatilah, dengan realita Nabi Muhammad. ?
    Salam
    Satria

  11. Ass Wr Wb,
    Bung Aziz,
    Kenapa anda berpikir seolah-olah memojokkan salah satu agama…..jangan berpikir goblok begitu….justru dengan islam kita angkat derajat wanita…

  12. Ass Wr Wb,
    Bp/Ibu HatiNurani,
    Sejarah membuktikan bahwa dengan Islam justru bangsa Indonesia dapat disatukan. Itu berarti Islam dapat diterima sepenuhnya oleh suku2 di nusantara. Kalau anda berpikir sebaliknya ??? anda tidak ada bedanya kembali ke zaman Jahiliyah…Majapahit kita jaya itu menurut kacamata waktu itu…kategori jaya sebatas mana ??? jadi jangan berpikir yang terlalu goblok kalau mengungkapkan sesuatu….

  13. Mbak/Ibu Rahayu,
    Maksud polygami bukan begitu, saat Nabi Muhammad akan melamar satu istrinya yang sdh berusia lanjut….istrinya itu bertanya kenapa melamar diriku yang sudah uzur sedang aku sudah tidak bernafsu lagi wahai Nabi…Beliau menjawab engkau Aku melamar demi anakku Fatimah. Ini salah satu tanda tingginya ajaran Islam yang tidak ada di agama manapun. Jadi kalau anda seorang wanita dan diposisikan yang sama dengan cerita diatas ! jangan berkomentar lagi kalau ilmu agama mbak/ibu masih dangkal alias Goblok tahu !!!

  14. Bung Zulkifi,
    jangan2 anda atheis rupanya….jadi pikiran anda Goblok sekali. Islam adalah agama dengan toleransi tinggi. Kalau anda tidak tahu masalah Islam jangan ngoceh Bego sekenanya.

  15. @ Mursid Kuswardhono,

    Sekarang Indonesia bermoral bobrok. Pejabat yang semuanya sudah naik haji dan dari partai berbasis islam, pada bermoral bobrok semua.
    Apa yang kita banggakan sekarang di Indonesia selain Prambanan dan Borobudur?
    Sekarang hanya ada orang-orang yang memekikkan nama Tuhan dengan ulah yang bejat sehari-harinya. Alquran hanya menanamkan kebencian dan permusuhan. Juga saat khotbah-khotbah di mesjid, umat hanya diajarkan kebencian.
    Yang merusak negara Indonesia saat ini adalah Islam. Pemerintah hanya menghabiskan tenaganya untuk mengurus keonaran, kerusuhan, kekerasan yang diakibatkan oleh umat-umat yang memekikkan nama Tuhan. Islam mengajarkan umatnya untuk berulah yang jauh dari kodrat manusia. Yang penting bagi umat muslim adalah di akhirat dan sorga sehingga memperkenankan diri untuk berbuat yang bejat selama hidup. Ini adalah ajaran setan yang menyesatkan umat manusia. Hal ini juga merusak keharmonisan masayrakat dan negara.

  16. Kalo warna biru dicampur warna merah jadinya insyaAllah ungu, warna biru campur ama kuning insyaAllah warnanya hijau, ini adalah logika…tapi pendapat si A dan pendapat si B yang sudah pasti berbeda “warna”, yang ada pastilah pertengkaran, kayak milis ini nih, ada yg berusaha menjelaskan berkepala dingin, ada yang ngotot, ada yg memberikan solusi dan masih ada yang mempermasalahkan.
    Sekarang bagi semua pembaca (gak peduli agamanya apa) saya minta pendapat dari fakta2 yang ada :
    Org-org tertentu yg beragama islam ada yang masang bom di gereja, di pasar dll, yg pasti juga ada yg mabok, maling melacur dsb, begitu pula yg beragama hindu, budha, kristen, katholik, konghuchu dsb…pasti ada juga yg maling, mabok, pembunuh, perampok, koruptor, penipu dsb (PASTI ADA KAN?), dan kebanyakan itu semua terjadi pada negara/wilayah/daerah dengan mayoritas pemeluk agama/kepercayaan tsb (islam, kristen, hindu dsb…), kita ini ga bakalan tau apa latar belakang mereka melakukan itu semua kan? kecuali ada yang mau membuktikan dan mendatangi setiap daerah dan melakukan survei…Apakah orang2 hindu di bali ga ada yang korupsi/ maling/ rampok dll? Apakah orang2 kapitalis dan ga jelas beragama apa di Amerika sana ga ada yang mbunuh orang/ maling/ korupsi?
    Sekarang yang saya tanyakan pada hati nurani anda-anda semuanya, dan tolong dijawab secara jujur pada nurani anda-anda sendiri…SEBENARNYA YANG JAHAT ITU ORANG/ INDIVIDU-NYA ATAU AGAMANYA SIH ??????

    bagi yang ingin menjawab langsung ke email saya boleh juga nih rio.suryotejo@yahoo.com. Oiya dan saya adalah seorang muslim TANPA “LABEL” yg berusaha untuk mencari kebenaran sampai saat ini.

  17. jujur. poligami memang menyakitkan, tapi memang sebaiknya dilakukan. aq sendir perempuan, dan menurut q sebaikya suami q nanti pligami. kita lihat sisi indahnya aja, byk hal positifnya. bukankah membahagiakan suami juga ibadah???
    aq wanita dan aq mau dimadu!!!

  18. ” Nah! Selamat berpoligami! (terms and condition applied). Saya sendiri
    memilih beristri satu (dimana semua kriteria saya tentang istri yang
    ideal telah dimiliki oleh istri saya)”.

    Hahaha… saya rasa dengan munculnya alinea penutup pak Satria diatas memperlihatkan bahwa pak Satria takut juga dengan ancaman istrinya jika bapak berpoligami yg sebenarnya pak Satria mau juga berpoligami… hahaha…

    Peace pak..saya dukung Bu Saria sj lah

  19. aku sudah jalan 2 tahun menikah, dan tidak ada masalah dengan pernikahan itu istriku selalu bertanya apakah aku mencintainya ?, karna memang dari proses pertemuan hingga menikah terlalu singkat waktuny.
    selalu dia menanyakan hal itu berulang-ulang. hingga aku jawab, aku tidak mencintai kamu dan aku berusaha untuk tidak pernah mencintai kamu.
    dan terlihat wajah yang tidak menyenangkan dengan jawaban itu, lalu dia teruskan pertanyaanya, trus kenapa kita tetap menikah.
    aku bilang padanya aku tidak mau mencintai kamu, aku hanya mencintai Allah dan jika kamu juga mencintai Allah kita dua orang yang berjalan dalam hukum untuk mencintai Allah, selama kamu taat kepada hukum Allah kita menjadi teman seperjalanan menuju Allah karna itu lah cinta.
    dan semua hukum Allah berlaku dalam perjalanan ini.
    kamu tidak mesti taat kepada ku dan aku tidak suka, kamu harus taat kepada Allah, karna Allah menyerukan istri untuk patuh pada suami, dan itu bukan keinginan ku tapi keinginaan Allah.
    Dan suatu saat aku akan membuat tim ini menjadi besar, lebih dari kamu dan aku, jika ada yang memiliki cita2 yang sama dengan kita, berharap perjalanan kita menjadi lebih mudah karena saling membantu dan saling meringankan bukan saing memusihi dan menyusahkan.
    akirnya dia berkata, dia berusaha untuk siap mestipun sekarang belum.
    untuk beberapa saat ini aku berfikir untuk mewujutkannya, kira2 ada gak ya yang siap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *